Senin, 24 Februari 2014

MASUKNYA AGAMA BUDDHA KE INDONESIA


oleh: Sᾱmanera Herman Vimalaseno



         

 A.    AWAL PENGARUH INDIA.

Berita-berita pertama tentang Indonesia.
Bahan-bahan sejarah selama 15 abad sejak awal Masehi mengenai Indonesia sangatlah terbatas. Untuk memahami hal-hal yang terjadi pada waktu itu, maka kita perlu memakai beberapa sumber-sumber sebagai berikut:
1.     Berita yang dibuat oleh para peziarah China, seperti Fa-Hien dan I-Tsing, mereka beragama Buddha. disamping buku-buku sejarah yang dibuat oleh tiap-tiap dinasti, berkenaan dengan yang terakhir ini, para sarjana mengalami kesulitan, karena berkenaan dengan nama Indonesia yang ditulis dalam bahasa China dan tidak disebut di mana letak satu Negeri atau Kerajaan yang disebut.

2.     Bahan-bahan yang terdapat di Indonesia adalah:
           a.      piagam-piagam
terdapat pada logam atau batu, terdapat di mana-mana yang terpendam oleh tanah. Piagam
ditulis dalam daun lontar yang saat ini sudah sebagian besar hancur dan hilang. Isi dari 
piagam adalah mengenai pemberian hadia dan penetapan perintah raja untuk daerah yang 
dibebaskan pajak atau medapat tugas kewajiban. piagam yang banyak ditemukan berwujud 
teratai yang dipahat dari batu dan diletakkan di dearah yang mana merupakan hadiah dari 
kerajaan, serta diakhir piagam disebut nama dewa atau danyang, yang disucikan. misalnya 
terdapat pada piagam di Muara Kaman (Kaltim).
b.     Uraian pendek yang terdapat pada candi-candi yang memiliki isi yang tidak sama dengan yang tertulis pada piagam-piagam.
c.   Buku-buku sastra yang sengaja ditulis sebagai sejarah, misalnya “Babad Tanah Jawi”, “Cerita Parahyangan” dan “Sejarah Melayu”. Buku-buku Jawa Kuno yang sebagai sejarah misalnya:
1. Nagarakertagama digubah oleh Prapanca, berbentuk syair, diperkirakan ditulis setahun setelah meninggalnya Maha Patih Gajah Mada (1364), kitab ini ditemukan di Puri Cakranegara (Lombok) oleh Belanda yang sedang perang (1894).
 2. Pararaton, ditulis setelah Majapahit runtuh dan berisi uraian tentang raja-raja sebelum raja Majapahit.


       B.    KEDATANGAN AGAMA BUDDHA DI INDONESIA


            Masuknya Agama Buddha pertama kali di Indonesia, belum jelas dan gelap, walaupun nama pulau Jawa sebagai “Labadiu” telah dikenal oleh Ptolemi, seorang ahli ilmu bumi di Iskandariah pada tahun 130 M. pada abad pertama masehi sudah dikenal “Javadwipa” yang meliputi Jawa dan Sumatera sekarang. “Suvarnadwipa” adalah nama untuk pulau Sumatra. Dapat disimpulkan bahwa sebelum abad kedua Masehi, sudah terdapat hubungan antara India dan kepulauan Nusantara.
Kedatangan Fa-Hien pada tahun 414 M ke pulau Jawa dalam perjalanannya pulang ke China, setelah ia berkunjung ke India selama 6 tahun telah membuka tabir kegelapan mengenai kehidupan beragama di pulau Jawa. Ia tinggal 5 bulan di pulau Jawa dan dalam catatannya mengatakan bahwa banyak terdapat penganut agama brahmana yang jauh berlainan dengan kehidupan di India, akan tetapi agama Buddha sedikit dan tidak tertarik untuk dicatat.
    Atas usaha Bhikkhu Gunawarman pada tahun 423 M, agama Buddha berkembang di Jawa. Gunawarman adalah putera Raja dari Khasmir (India), ia melepaskan kehidupan perumah tangga dan menjadi Bhikkhu dan belajar ke Sri Lanka dan ke She-Po (Jawa), dan berhasil mengembangkan agama Buddha di tanah Jawa.
       Sedangkan di Sumatera keadaan agama Buddha masih gelap pada awalnya. Setelah kedatangan I-Tsing pada tahun 671 M dan 688-695 M mulai tersingkap. Ia datang ke Sribhoja, ibukota kerajaan Sribhoja adalah di dekat Palembang. ia mengatakan bahwa raja-raja dan penguasa adalah beragama Buddha dan di sana sebagai pusat terpenting di mana Dhamma dipelajari oleh 1.000 Bhikkhu sama halnya yang dipelajari di India.
     Ini merupakan petunjuk bahwa agama Buddha telah masuk ke Indonesia jauh sebelum abad ke 8 M yang dikembangkan oleh Dharmaduta-dharmaduta  dari Mazhab Sarvastivada, yang diduga dari India Utara (Khasmir), tetapi hal itu juga telah menunjukkan agama Buddha Mahayana telah berkembang di Melayu, sewaktu I-Tsing datang ke Sumatera.
       Mahayana pertama kali masuk ke Sumatera dan disusul ke Pulau Jawa dan Kamboja (Kmer). Sriwijaya adalah penganut agama Buddha Mahayana dan beliau mengembangkan pada daerah yang mereka kuasai. Pada tahun 759 M. Kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya hingga ke Muangthai selatan yang sekarang disebut Suratani dan Pattani.
     Catatan sejarah dari Tibet menyatakan bahwa Sriwijaya pada abad ke II merupakan pusat kegiatan agama Buddha yang terkemuka. Atissa yang sangat terkenal dan pembangunan kembali agama Buddha di Tibet, dikatakan pernah datang dari India ke Sumatera dan menetap dari tahun 1011-1023 belajar dibawah bimbingan Bhikkhu Dharmakirti, beliau adalah Bhikkhu yang terkemuka di Sumatera. Menurut Biograpi Atissa yang ditulis di Tibet menyatakan bahwa Sumatera adalah sebagai pusat utama agama Buddha dan Dharmakirti adalah sarjana yang terbesar di zaman itu.
     Kedatangan para Dharmaduta ke Indonesia adalah mendorong orang-orang untuk pergi ke India dan mengunjungi tempat-tempat suci dan pusat-pusat pendidikan agama Buddha seperti Universitas Nalanda di Bihar yang didirikan oleh Dinasti Gupta (320-606). orang –orang yang datang dari Kerajaan Sriwijaya dan tinggal dan bermukim sehingga dibuatkan vihara khusus , setelah mereka kembali ke Indonesia mereka mendirikan candi-candi dengan bentuk dan ukiran yang bercorak Indonesia. Mengenai perguruan agama Buddha di Nalanda berdasarkan berita-berita yang dibuat oleh Bhiksu Huan-Tsang yang berkunjung ke India pada tahun 629-645, dikatakan pada abad ke 7 M Nalanda telah berkembang pesat dibawah bimbingan Silabadra, tidak saja diberikan pelajaran agama Buddha selain diajarkan kita-kitab Weda, filsafat Hindu, logika, tata bahasa dan pengobatan. Siswa yang belajar di sana mencapai 10.000 orang dan dibebaskan biaya, Nalanda hancur akibat serbuan bangsa Hun dan masuknya agama Islam ke India.

      C.    KERAJAAN-KERAJAAN AGAMA BUDDHA.

        1.     MATARAM
    Piagam tertua kira-kira tahun 732, ditemukan di desa Canggal, Keresidenan Kedu. diterangkan dalam piagam itu bahwa di dekat desa Salam, sebelah Selatan Muntilan, didirikan sebuah tempat suci yang berisi lingga. Tempat suci yang berisi lingga (salah sebuah lambang Siwa) di dekat Salam itu dapat dianggap sebagai tanda mendirikan suatu kerajaan yang disebut Mataram, karena Raja ini (Sanjaya) di dalam piagam-piagam kemudian disebut “Rake Mataram”. Mataram mula-mula nama daerah kecil yang diperintah oleh Raja Sanjaya yang kemudian dijadikan nama kerajaan yang didirikan Sanjaya.
    Pengganti Sanjaya adalah Pancapana, Rake Penangkaran adalah gelar yang lebih terkenal. Pancapana adalah penganut Buddha Mahayana, sedangkan Sanjaya adalah penganut Brahmana. Pada tahun 778 Pancapana mendirikan candi Kalasan untuk memuji Dewi Tara. lain-lain dari candi itu adalah candi Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, Sari.
   Dinasti raja-raja Mataram disebut Sailendra. Bukti bahwa mereka adalah dari keturunan Sailendra terdapat dalam piagam yang berhubungan dengan candi Kalasan. harus diperhatikan bahwa kira-kira pada waktu itulah agama Buddha Mahayana sudah datang ke Indonesia  dan seterusnya berkembang berdampingan dengan agama Siwa yang telah datang lebih dulu. Pengganti – pengganti Pancapana adalah banyak memuji dan memuja Buddha dan Siwa.

        2.     SRIWIJAYA
   Di Sumatera terdapat sebuah kerajaan yang bernama Sriwijaya yang terletak dan berpusat di Palembang-Jambi pada abad ke 5 M. Kemudian meluaskan jajahannya sampai ke Bangka dan semanjung Malaya. Sebelum kerajaan Sriwijaya berkembang, terlebih dahulu adanya kerajaan Melayu yang terletak di Jambi sekarang. Akan tetapi kerajaan Sriwijaya lebih berkuasa, dan kerajaan Melayu pada saat itu tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.
        Apakah sebab-sebabnya dibagian Timur Sumatera dapat berdidi kerajaan-kerajaan? sejak tahun Masehi Selat Malaka menjadi lalu lintas perdagangan dari Barat hingga Timur, yaitu Arab dan India.

MASA KEEMASAN SRIWIJAYA
Pada abad ke-7 dan abad ke-8 Sriwijaya mencapai masa keemasannya. Kekuasaannya meliputi bagian barat Nusantara yaitu semenanjung  Malaka, Melayu, daerah pantai barat Borneo Barat. Sejak abad itupula Sriwijaya memiliki Duta di China yang berlangsung hingga 1178.
Dalam abad ke 7 itu, ketika kekuasaan Sriwijaya sedang dipuncaknya, Palembang tidak hanya menjadi pusat politik, melainkan menjadi pusat agama Buddha. Catatan yang dibuat I-Tsing ia berangkat dari Canton pada tahun 671, pergi ke Palembang dulu dan tinggal selama 6 bulan untuk belajar tata bahasa, setelah itu ia pergi ke Melayu dan tinggal selama 2 bulan. Setelah ia menuntut ilmu pelajaran di Perguruan Tinggi di Nalanda selama 10 tahun, ia kembali ke Sriwijaya, terjadi pada tahun 685. Setelah ia tinggal selama 4 tahun di Sriwijaya, ia kembali ke Kanton dan menjemput empat orang pembantu untuk membantu dalam menerjemahkan kitab-kitab agama Buddha di Palembang.

       3.     MAJAPAHIT
          Prof. Dr. Slamet Mulyana dalam “Nagarakertagama dan Tafsir Sejarahnya” menyebutkan, bahwa pada zaman Majapahit agama menjiwai segenap lapangan kehidupan, termasuk kebudayaan. Semua cabang kebudayaan seperti seni bangunan, seni pahat, seni sastra dan seni panggung bernafaskan keagamaan. Gajah Mada mengutamakan negara dan kemakmuran rakyat daripada keagungan keagamaan.

      D.    KEBANGKITAN KEMBALI AGAMA BUDDHA DI INDONESIA PADA ABAD XX.
       Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, dan berkembanglah kerajaan Islam di pesisir pantai dan terus menyebar dan agama Buddha tertidur sangat panjang hingga 5 abad. Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia hanya dikenal 3 agama, yaitu Kristen Protestan, Katholik dan Islam. Sedangkan agama Buddha tidak disebut-sebut, sehingga agama Buddha telah dikatakan sirna dari bumi Indonesia, tetapi secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha masih tetap terasa antara ada dan tiada.
Pada zaman kolonial Belanda didirikan suatu perhimpunan Theosofi oleh orang-orang Belanda terpelajar. dengan tujuan ingin mempelajari semua agama dengan demikian akan tercipta kerukunan dan inti persaudaraan yang universal, dan agama Buddha juga diperkenalakan pada mereka.
Di Jakarta timbul suatu usaha untuk melestarikan ajaran Buddha, Konghucu, dan Lautse yang kemudia melahirkan Organisasi Samkauw Hwee yang mempelajari ketiga ajaran itu. pada tahun 1932 di Jakarta berdiri Internasional Buddhist Mission bagian Jawa. pada tahun 1931 telah terbit Majalah Mustika Dharma oleh Kwee Tek Hoay. Majalah ini sangat berjasa dalam membantu menyebarkan ajaran Buddha yang ada di Indonesia.
Pada tanggal 4 Maret 1934 Bhikkhu Narada menginjakan kakinya di Pelabuhan Tanjung Priok. Bhikkhu Narada adalah Bhikkhu asing beraliran Theravada yang pertama kali datang ke Indonesia setelah berselang 5 abad runtuhnya kerajaan Majapahit. beliau mengunjungi Indonesia sebanyak 15 kali dan terakhir kali beliau datang Mei 1983 dalam usianya 85 tahun. Jasa beliau sangat besar untuk perkembangan agama Buddha di Indonesia
            Dari banyaknya orang-orang yang belajar agama Buddha dan Indonesia melahirkan putera-putera pertiwi yang menjadi Bhikkhu yaitu The Po An dari Bogor ditabiskan menjadi Bhikkhu Theravada di Birma dan beliau mendapatkan nama yaitu Ashin Jinarakkhita. Dan disusul pada tanggal 21 Mei 1959 Ong Tiang Biauw dari Tangerang ditabiskan menjadi Bhikkhu di Internasioanal Sima di Kassap dengan nama Bhikkhu Jinaputta, Samanera Jinapiya dan di tabiskan kembali di Thailand yang kita kenal adalah Bhikkhu Thitaketuko. Pada tanggal 15 November 1966 Samanera Jinagiri ditabiskan di Thailand dan berubah nama menjadi Bhikkhu Girirakhito.
            Agama Buddha juga melahirkan organisasi-organisasi Buddhis dan juga berkembang Perguruan Tinggi Agama Buddha serta adanya Dirjen Bimas Buddha, sehingga hal demikian agama Buddha telah berjalan menuju perbaikan dari tidurnya yang sangat panjang 5 abad setelah runtuhnya kerajaan Majapahit.

Refrensi:

Tim Penyusun. 2003. Sejarah Perkembangan Agama Buddha. CV. Dewi Kayana Abadi.
Jakarta.


Tim Penyusun. 2003. Kapita Selekta Agama Buddha. CV. Dewi Kayana Abadi. Jakarta.

Jumat, 07 Februari 2014

Pantun Dhamma


Oleh: Samanera Herman Vimalaseno
Mahasiswa STAB Kertarajasa-Batu














*Tanah Melayu anak jambi pandai berkidung,
Malang sejuk berawan cerah,
Ada pantun dari hati seseorang yang terbendung,
Mari baca, maka kita akan riang dan ceriah

*Hidup Adalah Dukkha,
bagi mereka yang menggemari dunia fana,
Nibbana adalah buah setelah melenyapkan dukkha,
bagi mereka menjalani hidup sebagai petapa.

*Indahnya Gunung, dibalik awan cerah,
duduk merenung akan tampak ceriah,
karena kau telah tau impian apa yang menggugah,
pada hati anda yang gundah,



*Ikan tonggkol di air keruh,
Ikan arwana di akuarium,
hidup sebagai orang tolol hanya dapat berbuat ricuh,
akan tetapi hidup sebagai orang yang bijaksana akan membuat orang terkagum.

*Kuda berlari menarik peti,
Jalan berlubang dibilang mulus,
Apabila hidup tidak berlatih meditasi,
maka, wajar....hidup bimbang dibilang lurus.

*Buah duku rasanya manis,
Buah nanas rasanya kecut,
Jadi orang sukanya sinis,
maka hidupnya akan menjadi pengekecut.

*Jalan-jalan ke India,
mampir ketempat suci peninggalan sang Buddha,
itu adalah praktik umat Buddha dalam melakukan dhammayatra,
sesuai apa yang Buddha jelaskan di dalam Mahaparinibbana Sutta.

*Jalan-jalan ke Kota Jambi,
jangan lupa mampir ke Candi Muaro Jambi,
Hidup senang adalah orang berpengendali diri,
Hidup tidak waspada bagi mereka seolah yang telah mati.
*Tipitaka adalah Kitab suci Buddha-dhamma,
bagi mereka mengetahui adalah Pariyati dhamma,
bagi mereka mempraktikkan adalah pati-patti dhamma,
mereka akan sukses dan berhasil itulah pativeda dhamma.

*Cangkir kosong tanda tak berair,
berpengetahuan luas dan berketrampilan adalah mereka yang mahir,
malas bekerja pada siang dan malam adalah mereka yang tersingkir,
maka gunakan hidupmu untuk menjadi yang muktahir.

*Candi merupakan peninggalan Kerajaan Buddha pengukir sejarah Bangsa,
jadilah pewaris yang bersahaja,
merawat dan menghargai candi yang telah diwariskan pada kita,
karena kitalah sebagai anak-cucu yang bertanggung jawab atas itu semua.

*Burung Irian burung Cenderawasih,

cukup sekian dan terima kasih.

SELF POTENTIAL AS A SOURCE OF STRENGTH (POTENSI DIRI SUMBER KEKUATAN)





Oleh:Samanera Herman Vimalaseno
Mahasiswa STAB Kertarajasa-Batu



Anᾱgataṁ paṭikayirᾱtha kiccaṁ
Mᾱ maṁ kiccaṁ kiccakᾱle byadhesi

Persiapkan sejak dini pekerjaan untuk masa depan dengan sempurna. Jangan biarkan pekerjaan itu menghimpit diri hingga tiba waktunya untuk menghadapinya.

(Pepatah Buddhis, 27/1636)


             Di dalam fenomena kehidupan ini, kita mengetahui bahwa disetiap diri individu memiliki potensi diri yang berbeda. Bagi mereka yang berkesungguhan hati membangkitkan potensi itu melalui semangat dan ketrampilan(skill) dalam bekerja. Maka tidak ada istilah pengangguran, dengan kurangnya pengangguran, maka berkurang pula tingkat kriminalitas, secara otamatis hukum di Indonesia sudah berjalan dengan baik. Meskipun kasus Korupsi belum ada solusi hingga saat ini.
Hidup tanpa potensi yang dimiliki, tentu pekerjaan apapun tidak dapat dijalankan. Tidak heran bagi mereka yang hidup sebagai pengangguran. Mengalami masalah dengan kebutuhan perut (pangan), untuk kebutuhan perut mereka rela melakukan tindakan kriminalitas, disamping mereka terdesak oleh faktor ekonomi.
Lowongan pekerjaan cukup banyak apabila kita berkeinginan untuk bekerja, baik menjadi buruh sekalipun atau membuka usaha sendiri. Untuk memulai langkah awal bagi para remaja yang telah meninggalkan bangku SMA- nya. Tentu mereka akan berpikir, apa yang harus dilakukan sehubungan dengan masa depan yang didukung oleh potensi yang dimiliki. Apakah mereka harus melanjut kejenjang Perguruan Tinggi atau bekerja.
Apabila bekerja yang menjadi pilihan, tentu harus ada yang disejahterakan, melainkan diri sendiri demi meraih sebuah impian dalam berkarir. Juga mampu mensejahterakan keluarga dan orang lain. Tanpa usaha, tekad dan semangat, sejahtera bukan berpihak padanya. Orang yang pantas menyadang gelar hidup sukses dan sejahtera adalah mereka yang punya tiga kata kunci (UTS) dalam hidup, yaitu : Usaha, Tekad, Semangat.
Selain tiga kata kunci tersebut sebagai langkah untuk sejahtera dan sukses semua orang harus paham power dari potensi yang dimiliki. Seperti contoh orang yang hanya lulus SD ingin menjadi Menteri Pendidikan, Dokter. Apakah ini bisa?. Setiap orang harus mampu mengukur dasar dari kekuatan atau power potensi dirinya. Setelah ia paham. Maka dapat dibangun potensi itu menjadi sebuah jembatan penghubung antara Usaha, Tekad, Semangat dengan skill yang dimiliki.
Telah dijelaskan dalam Aṅguttara Nikᾱya 8:54; IV 281-85. Buddha membabarkan kepada para siswanya yang tengah berdiam diantara kaum Koliya, dan disana terdapat sebuah kota Niaga dari kaum Koliya yang disebut Kakkarapatta. Ada seorang perumah tangga Koliya mendekat pada Buddha dan bertanya bahwa mereka telah hidup dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi, berdiam di rumah dan tempat tidur yang dipenuhi oleh anak-anak, menikmati kayu cendana yang harum, mengenakan untaian bunga, wewangian dan luluran, menerima emas dan perak.
Buddha menjelaskan bahwa bagi perumah tangga terdapat empat kesejahteraan yang dapat diperoleh dalam kehidupan saat ini dengan memenuhi beberapa tahapan, yaitu Kesempurnaan usaha gigih, kesempurnaan perlindungan dan sahabat baik, kehidupan yang seimbang.
Buddha menjelaskan kesempurnaan dari usaha gigih adalah bagi perumah tangga dapat hidup dengan baik seperti bertani, berdagang, beternak, seni memanah, pegawai negeri. Mereka haruslah piawai dan tekun serta mampu menyelidiki cara-cara, bertindak, dan mengatur segalanya dengan tepat. Hal ini dikatakan kesempurnaan dalam usaha gigih.
Usaha gigih yang salah apabila mereka berusaha dan berlomba-lomba untuk menjadi juara Koruptor ternama. Menjadi caleg dengan usaha gigih menghumbar janji palsu pada rakyat, agar dapat terpilih. Usaha dengan gigih mengumpulkan harta untuk judi, penghumbaran seksualitas, narkoba, miras. Hal ini merupakan usaha gigih yang akan mempercepat manusia untuk terjatuh pada kondisi penderitaan yang panjang.
Kesejahteraan kini yang dijelaskan Buddha adalah kesempurnaan perlindungan, yaitu perumah tangga, setelah berusaha susah payah, didukung usaha giat, dengan lengannya dan keringat didahi ia mendapatkan hasil dari yang dikerjakan, mengumpulkan harta, selayaknya melindungi hartanya dari pencuri, perampok, terbakar oleh api, terhanyut oleh banjir. Inilah dikatakan sebagai kesempurnaan dari perlindungan.
Perlindungan harta yang dimiliki juga harus dimengerti dengan bijaksana. Sehingga tidak hilang dengan sia-sia. Berbeda dengan sikap kikir seseorang melindungi hartanya dan tidak mau berbagi kepada para fakir miskin, menyokong kehidupan Sangha, ikut berpartisipasi pembangunan vihara, sekolah buddhis. Akan tetapi perlindungan harta yang salah digunakan untuk kepuasan dan berfoya-foya.  Sifat ini telah keluar dari paham cara hidup benar menuju cara hidup ektrim yang Buddha anjurkan untuk tidak dilakukan. Karena akan membawa sumber dari ketidakpuasan yang berakar dari nafsu keinginan dan kemelekatan.
Penjelasan Buddha ketiga adalah persahabatan baik, baik berada dikota ataupun didesa, bergaul dengan putra mereka dalam usia muda maupun tua. Memiliki kebajikan yang tinggi dan teguh dalam keyakinan, disiplin kemoralan, dermawan, dan bijaksana. Mereka dapat berbicara tentang keyakinan, disiplin kemoralan, dermawan, dan bijaksana. Maka mereka disebut sahabat yang baik.
Sahabat tidak baik banyak digemari oleh siapa saja, dikarenakan sahabat tidak baik seperti preman, penjudi, pemabuk, pemakai narkoba. Mereka dijadikan sebagai pelindung untuk menjaga mereka yang suka pada dunianya. Layaknya seperti ayam yang disabung di laga perlombaan, dia akan terluka, dan mati seiring berjalannya waktu. Sahabat tidak baik akan berlaga baik meskipun dia akan menjelekan, menjatuhkan, mencelakakan anda dengan caranya. Mereka akan membeberkan rahasia anda pada orang lain. Dia akan meninggalkan anda apabila anda dalam keadaan susah. Dia akan selalu bersama anda apabila anda mampu menghidupi dan berbagi uang bersama mereka. Mereka akan selalu menggiring anda untuk meninggalkan agamamu! dan anda akan jauh dari suatu kebenaran sejati (Dhamma).
Faktor kesejahteraan yang keempat Buddha menyatakan adalah kesempurnaan kehidupan yang seimbang. Mampu mengatur pemasukan dan pengeluaran dari harta yang dimiliki. Sehingga antara pemasukan dan pengeluaran dapat berjalan seimbang. Atau dapat melihat antara kebutuhan dan keinginan terhadap sesuatu yang hendak dicapai. Tidak mengikuti sifat tamak dan serakah dalam menginginkan sesuatu.
Kekayaan yang telah terkumpulkan akan membawakan empat hal penghamburan bagi mereka yang batinnya tidak terbimbing oleh Dhamma, yaitu ketergilaan terhadap seksualitas, berjudi, mabuk-mabukan, sahabat tidak baik.
Ketergilaan terhadap seksualitas merupakan penyakit masyarakat yang dianggap sebagai kebutuhan yang seharusnya terpenuhi. Dalam aspek psikologi memandang khusus mereka yang masuk dalam fase remaja merupakan sesuatu rasa ingin tahu yang besar. Apabila tidak diwaspadai maka tidak heran apabila diusia remaja banyak yang tersandung kasus merried by accident, berawal dari rasa ingin tahu dan mencobanya.
Bagi mereka yang bodoh dan tidak dapat melihat dengan jelas tubuh ini, mereka akan menggap tubuh ini indah dan menawan. Sesungguhnya isi di dalam tubuh ini adalah kotoran yang keluar dari sembilan lubang: kotoran mata keluar dari cela mata, kotoran telinga keluar dari cela telinga, ingus mengalir dari hidung, kadang dimuntahkan dari mulut, empedu dan dahak dimuntahkan, peluh dan nanah keluar dari tubuh. Dan yang terpenting tubuh ini adalah sarangnya penyakit.
Terhamburnya harta juga dapat disebabkan oleh bermabuk-mabukan. Mabuk disebabkan oleh minum-minuman keras yang dapat melemahkan kesadaran. Orang yang lemah kesadarannya akan melanggar empat aspek moralitas. Pelanggaran yang dilakukan karena orang yang lemah kesadarannya akan dengan mudah tersinggung dan membunuh, dengan lemahnya kesadaran orang dapat melakukan pencurian karena mereka membutuhkan uang untuk membeli minuman keras tersebut. Dengan lemahnya kesadaran mereka akan dengan mudah melakukan perbuatan asusila karena nafsu yang muncul akibat pikiran yang tidak terkendali. Dan dengan kesadaran yang lemah kita dapat berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat berbohong, menfitnah, berkata-kata kasar.
Judi merupakan faktor terhamburnya harta yang terkumpulkan. Orang beranggapan judi merupakan permainan atau hiburan biasa yang dianggap bisa mengobati stres. Melainkan judi membuat stres bagi mereka yang kalah, kecanduan bagaikan narkoba apabila menang. Mereka yang menang judi akan memasang taruhan  bahkan menjadi bandar dengan harapan ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini sebagai bentuk keserakahan dan diikuti oleh  kebodohan batin yang cukup besar. Selain harta habis, keluarga juga bisa habis di pukul oleh mereka yang kalah judi. Maka kasus kekerasan rumah tangga kerap terjadi yang dilatar belakangi judi dan mabuk-mabukan.
Sahabat tidak baik menjadikan diri kita juga untuk berbuat tidak baik. Anggapan orang bahwa kita tidak boleh memilih-milih sahabat, siapa saja kita harus berteman. Dan juga mereka beranggapan tergantung dari kita sendiri. Apabila anda merenung sejenak dengan perumpamaan bahwa: ada bangkai apabila di bungkus dengan kain, setelah bangkai itu kita buang, maka bau dari bangkai akan menempel di kain itu. Sebaliknya apabila bunga yang harum kita bungkus dengan sehelai kain, maka kain itu juga akan berbau harum. Hal ini menunjukkan bahwa berteman dengan siapa saja akan terkena imbas dari kondisi itu. Sebagai contoh kita tidak merokok, akan tetapi kita berteman dengan perokok. Pada saat mereka merokok kita dekat dengannya, sama saja kita merokok, kita adalah prokok pasif. Justru lebih berbahaya menjadi penghirup rokok ketimbang penghisap rokok.
Harta yang terkumpulkan melalui empat kondisi dari kesempurnaan usaha gigih, kesempurnaan perlindungan dan sahabat baik, serta kesempurnaan kehidupan seimbang. Akan mendatangkan bencana pemborosan karena terhamburnya harta tersebut. Seperti ketergilaan seksualitas, judi, mabuk dan sahabat tidak baik. Hal ini terjadi bagi siswa yang batinnya tidak terbimbing dalam dhamma. Sebaliknya kondisi yang terjadi dari harta yang terkumpulkan akan mendatangkan keuntungan harta yang bertambah bagi mereka yang menghindari kondisi pemborosan itu. Dan mereka adalah siswa yang terbimbing batinnya di dalam dhamma.
Buddha juga menjelaskan ada kesejahteraan yang dapat diperoleh dalam masa mendatang, hal ini tentunya ditunjang dengan potensi batin yang terlatih, potensi itu adalah keyakinan, moralitas, kedermawanan, kebijaksanaan. Apabila dikembangkan potensi itu akan menjadikan kekuatan untuk diri kita dan semua orang.
Keyakinan terhadap ajaran Buddha dengan merenungkan sifat-sifat luhur Buddha sebagai Guru para Dewa dan manusia, demikian juga pada Dhamma dan Sangha. Perenungan itu dapat dibaca di dalam buku paritta suci berjudulkan Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati. Dengan teguh pada keyakinan, maka seseorang tidak akan tergoyahkan untuk pindah agama, lebih sabar dalam menghadapi rasa sakit, tidak mudah galau apabila punya masalah. Sebagai umat Buddha selayaknya dapat berfikir dewasa, bukan saja umurnya dewasa. Akan tetapi kualitas batinnya haruslah dewasa, memiliki ketahanan mental dalam segala aspek kehidupan.
Moralitas juga merupakan potensi kedua yang menjadikan sumber yang sangat besar. Moralitas adalah penunjang kesejahteraan. Orang yang kaya raya belum tentu memiliki moralitas. Pemerintah belum tentu jujur dan bebas korupsi. Orang berintelektual tinggi belum tentu bermoral. Orang miskin belum tentu tidak bermoral. Semua kaitannya dengan moralitas. Tanpa moral maka jelas setiap individu manusia akan merosot kemoralannya. Dasar moralitas umat Buddha adalah Pancasila Buddhis (5 latihan aturan etika dalam ajaran Buddha), yaitu: melatih diri untuk tidak membunuh makhluk hidup/ tanpa kekerasan, tanpa penganiyayaan. Melatih diri untuk tidak mengambil barang yang bukan milikinya tanpa ijin (mencuri), atau memindahkan barang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila (seks bebas). Melatih diri untuk tidak berkata dusta/ bohong/ ngerumpi ngomongin orang alias bergosip. Dan moralitas yang terakhir adalah melatih diri untuk tidak bermabuk-mabukan, termasuk narkoba.
Kedermawanan merupakan sifat luhur dari ketulusan seseorang memberi dengan apa yang dimiliki. Seperti orang yang kaya raya tidak pelit, dengan harta yang dimiliki menyokong kebutuhan hidup Sangha. Membantu fasilias vihara, mensponsori setiap kegiatan Perayaan Hari Raya Buddhis, seperti Waisak dan Kathina. Membuat Dana anak asuh bagi mereka yang kurang mampu. Inilah mereka umat Buddha yang telah sejahtera dalam kehidupannya dulu dan membuat kesejahteraan pada kehidupan saat ini.
Kebijaksanaan adalah tindakan seseorang didalam berpikir, berucap dan berprilaku dengan positif. Mampu menerawang timbul dan lenyapnya fenomena, yang mulia, yang menembus, serta hancurnya penderitaan secara menyeluruh. Dengan hal ini kebijaksanaan akan diperoleh.
Marilah kita bangun suatu kekuatan (power) didalam diri kita masing-masing. Kekuatan merupakan potensi berupa Usaha, Tekad, dan Semangat. Serta ditunjang dengan keyakinan, moralitas, kedermawanan, dan bijaksana. Dengan demikian kita akan mendapatkan kunci kesuksesan dalam hidup. Sukses menjadi individu yang sejahtera saat ini dan sejahtera di kehidupan mendatang. TERUS SEMANGAT.... PANTANG MENYERAH DALAM LANGKAH MENUJU PERUBAHAN YANG JAUH LEBIH BERARTI DAN LEBIH BAIK!!! J
Daftar Pustaka:

Bodhi. 2010. Tipitaka Tematik (In The Buddha’s Words). Ehipassiko Foundation. Jakarta

Eling lan Wospodo (Sadar dan Waspada)


Oleh : Samanera Herman Vimalaseno
Mahasiswa STAB Kertarajasa-Batu



Mereka yang telah melakukan yang terbaik,
dan berlatih dalam ajaran yang pernah semua Ku-ajarkan,
siaga dan penuh konsentrasi,
pada waktunya akan pergi melampaui kekuatan kematian.
(Samyutta Nikaya 1.52)

            Eling merupakan satu kalimat dalam bahasa jawa yang berarti ingat, sadar. Orang pada saat sekarang ini adalah selalu lupa dan lengah serta tidak waspada dengan apa yang ia kerjakan. Hal yang kurang wospodo (waspada) itulah yang akan menyebabkan seseorang gagal dalam meraih hidup sukses.
            Kesadaran merupakan modal utama dalam kehidupan, sadar dalam berpikir, sadar dalam berucap dan sadar dalam berprilaku/bertindak. Dari kesadaran yang muncul, maka ia telah waspada dari ketiga pintu indera itu.
Orang yang tidak sadar bahwa ia sedang berpikir, maka tanpa sengaja pula ia akan melontarkan kata-kata sesuai dengan yang ia pikirkan, dari apa yang ia lontarkan, maka ia aplikasikan (praktikkan) dalam tingkah lakunya.
            Seperti contoh enam Teroris yang baru-baru ini di tembak mati oleh Densus 88, dari salah salah satu bukti yang ditemukan ada 50 daftar wihara yang akan siap di bom, akan tetapi gagal. Mereka tidak sadar dengan apa yang mereka pikirkan, mereka berpikir dengan kejahatan, berucap dengan kejahatan dan bertindak dengan kejahatan.
Tindakan kejahatan dapat seseorang lakukan, karena kejahatan muncul dari pikiran, hal ini merupakan virus berbahaya, apabila tidak disadari dan diwaspadai. Diumpamakan seperti komputer terkena virus, akan menghancurkan semua sistem yang ada di dalam komputer.
Kehidupan sekarang ini merambah pada kehidupan yang maju dan modern. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi dikota besar akan tetapi juga hingga ke desa. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia informasi yang cepat, sulit dibendung. Kesadaran dalam bertindak sebagai modal kewaspadaan dalam bersikap diera modern sangat diperlukan.
Sangat disayangkan dengan kemajuan teknologi saat ini tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang cukup sehingga terjadi ketimpangan bahkan salah arah. Mereka menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berdasarkan pada asas kesadaran dan kewaspadaan yang membawa manfaat, melainkan menggunakan luapan emosi. Sehingga mereka menganggap cara hidup modernlah paling unggul dibanding cara hidup sederhana.
Peradaban manusia akan mengarah ke peradaban yang serba bebas dan tidak terarah. Kesadaran, kewaspadaan, kepedulian, moralitas, serta sikap mental positif secara perlahan akan ditinggalkan dan bergeser pada peradaban bebas. Jika kondisi ini berlarut, maka akan mendorong kemerosotan bagi masyarakat yang sejak dulu dikenal dengan peradaban beretika.
Cara hidup sederhana bukanlah cara hidup yang tidak bermutu. Bermutu atau tidaknya adalah ditentukan oleh diri sendiri. Bagi mereka yang selalu sadar dengan apa yang dikerjakan serta selalu waspada, bekerja tanpa cela, beretika, dengan semangat, penuh tanggung jawab. Maka kesuksesan dalam hidup dapat diraih.
Banyak orang yang enggan hidup dengan cara hidup berdasarkan Dhamma. Karena anggapan cara hidup berdasarkan Dhamma adalah cara hidup yang kuno. Dhamma adalah ajaran Buddha yang berlandaskan pada kesadaran, kewaspadaan, etika, serta panutan untuk menghadapi permasalahan kehidupan yang kompleks seperti saat ini.
Tanpa Dhamma, hidup seseorang akan merosot bahkan mengarah pada kehancuran. Kerena mereka buta akan arah kebaikan yang harus dijalankan. Gaya hidup sesuai Dhamma tentu tidak terlepas dari hidup berkesadaran, berkewaspadaan, bertetika . Erat hubungannya dengan proses mental (cetasika).
Dalam membangun sikap peduli, moralitas, dan sikap mental positif yang selalu sadar dengan yang dikerjakan, selalu waspada dengan apa yang dilakukan. Sehingga hal ini menjadikan cerminan untuk merefleksi/ bercermin/ berinstropeksi terhadap diri sendiri.
Usaha untuk melihat diri sendiri akan membawa dampak positif. Selain itu seseorang harus berani melihat kekurangan dirinya sendiri dan tidak menonjolkan ego (sifat kesombongan). Dengan melihat kekurangan diri sendiri, maka mereka akan memperbaiki diri untuk lebih baik, mereka akan maju serta suskes dengan cara hidup sesuai Dhamma.
Kesadaran dan kewaspadaan dapat dibangun dari mereka yang mau berlatih samadhi. Samadhi adalah olah mental yang positif dan membangun energi positif dalam diri. Dengan pengolaan bantin melalui samadhi, batin seseorang akan berkembang kearah yang positif.
Samadhi kadang menjadi momok bagi sebagian orang yang tidak mengenali arti, cara melaksanakan, tujuan dan manfaat yang akan didapat dari praktik samadhi. Samadhi identik dengan mengosongkan pikiran dan duduk diam. Prespektif / pandangan masyarakat adalah negativ mengenai samadhi. Apabila mereka paham. Maka mereka akan termotivasi untuk melakasanakan samadhi.
            Langkah awal dalam membangun konsentrasi untuk selalu sadar dan waspada di dalam samadhi adalah tekad dan semangat. Tanpa tekad samadhi yang diajalankan tidak akan bertahan lama, akan mengalami berbagai macam halangan didalam samadhi, maka mereka akan putus asa dan tidak semangat untuk melanjutkan samadhi.
            Banyak orang yang menghindari kesulitan, lari dari permasalahan yang dihadapi di dalam melaksanakan samadhi. Hal ini tidak akan membawa perkembangan, kemajuan serta sikap membangun mental yang positif dalam diri. Justru sebaliknya, bagi mereka yang sadar, dan waspada di dalam mengamati proses batin dan jasmani di dalam samadhi, maka mereka telah membangun power yang luar biasa di dalam dirinya sendiri.
            Menjadi masyarakat yang berkualitas bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, lingkungan, pergaulan, dan cara hidup adalah tantangan yang berat di dalam kehidupan sosial masyarakat. Apabila seseorang tidak mampu bersosialiasi dengan masyarakat, cara hidup yang salah, maka mereka akan tersisihkan dari komunitas masyarakat dan menjadi sampah masyarakat.
Bukan berarti kita patah semangat akan hal itu. Melainkan Dhamma menuntun seseorang selalu “eling lan wospodo” (hidup dengan berkesadaran dan berkewaspadaan). Mereka akan hidup tenang seimbang di dalam kehidupan bermasayarakat. Bagaikan teratai yang tumbuh diatas kolam berlumpur, akan tetapi bunganya tidak ternodai.
Banyak orang hanya bisa berkata tapi tidak mampu berbuat. Banyak orang yang bisa mengkritik, tapi tidak mampu memberikan solusi. Kehidupannya tidak akan seharum bunga dan ini akan ditinggalkan oleh komunitasnya dan ia akan menjadi benalu di dalam dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Menghormat Sang Guru (Buddha) dengan mempraktikkan Dhamma dengan benar, maka sama halnya seseorang mempersembahkan rangkaian bunga yang harum kepada semua makhluk. Orang yang seimbang adalah mereka yang mau belajar dan mempraktikkan Dhamma dengan selalu sadar dan waspada dalam setiap langka hidupnya. Maka kesuksesan dan kebahagiaan akan menjadi miliknya, bagaikan bayangan yang tidak pernah meninggalkan bendanya.
Ada tiga S di dalam hidup ini, yaitu: S yang pertama adalah “Syukur” merasa puas dengan yang dimiliki, serta mensyukuri dengan melihat S yang kedua adalah “Sekitar”, bahwa tidak semua orang di sekitar anda merasa mensyukuri dengan yang mereka dapatkan. Setelah anda mensyukuri maka anda akan melihat S yang ketiga yaitu “Saya”, saya adalah motivator terbesar bagi diri saya sendiri, bukan orang lain. Tidak ada orang lain lebih mengenal anda selain anda sendiri. Anda sendirilah yang mampu menggerakan kaki anda untuk berjalan ke arah yang lebih baik. Otot-otot tangan andalah yang membuat anda memiliki kebiasaan-kebiasaan baru yang positif.
Daftar Pustaka:
Abhayanando. 2010. Dhamma Solusi Kehidupan. Vihara
Dharma Ratna. Tangerang

               Uttamo. 2005. Agama Buddha Pedoman Hidupku. Bodhi
Buddhist Centre Indonesia. Medan

               Sunandar, Vidi Yulius. 2010. Nasi Basi. Ehipassiko
Foundation. Jakarta

               Tanpa Nama. 2007. Suskes Dengan Dhamma 3. Keluarga
Buddhis Brahmavihara (KBBV) Makassar. Makassar