Selasa, 19 November 2013

VATTHUPAMA SUTTA (MAJJHIMA NIKAYA)



Publikasi: Samanera Herman Vimalaseno



Demikian yang telah saya dengar:
"Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap  di Jetavana, arama milik Anathapindika, Savatthi.  Beliau berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu."
Mereka menjawab: "Ya, Bhante."
Selanjutnya Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, andaikata ada sepotong kain kotor dan bernoda, dan seorang pencelup merendamnya di dalam celupan atau lainnya, yang berwama biru, kuning, merah atau dadu, akan tetap jelek dan warnanya tak cemerlang.  Mengapa demikian?  Karena kain itu tidak bersih, demikian pula apabila batin kotor, maka masa depan tak menyenangkan yang mungkin terjadi.
Para bhikkhu, andaikata sepotong kain bersih dan terang, lalu seorang pencelup merendamnya di dalam bahan celupan atau lainnya, apakah biru, kuning, merah atau dadu, maka akan tampak indah dan terang warnanya.  Mengapa demikian?  Karena kain itu bersih, demikian pula apabila batin tidak kotor, maka masa depan  menyenangkan yang mungkin tedadi.  'Apakah ketidaksempurnaan yang mengotori batin itu?  Ketamakan dan keserakahan adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin.  Keinginan jahat ... Kemarahan .... Kekikiran .... Penipuan .... Kecurangan …. Keras kepala .... Praduga .... Keangkuhan .... Kesombongan …. Kelalaian adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin.
Apabila seorang bhikkhu mengetahui bahwa ketamakan dan keserakahan adalah suatu ketidaksempurnaan yang mengotori batin, ia akan meninggalkan semua itu.'
'Setelah seorang bhikkhu mengetahui bahwa keinginan jahat ... kelalaian adalah ketidaksempumaan yang mengotori batin, maka ia akan meninggalkan semua itu.'
'Segera setelah hal itu diketahui dengan pandangan terang bahwa ketamakan dan keserakahan adalah suatu ketidak-sempurnaan yang mengotori batin, sifat itu terkikis dalam batinnya. Segera setelah hal itu  diketahui dengan pandangan terang bahwa keinginan jahat ... kelalaian adalah ketidaksempumaan yang mengotori batin, semua itu terkikis di dalam batinnya.
'Dengan demikian, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Buddha, sebagai berikut: "Sang Bhagava adalah Arahat, telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan dan tindak-tanduknya, luhur, pengenal segenap alam, pemimpim manusia tanpa banding, guru para dewa dan manusia, yang mencapai penerangan sempuma, Buddha." 'Juga, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Dhamma, sebagai berikut: "Dhamma Sang Bhagava telah dibabarkan dengan baik; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing."
'Selanjutnya, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Sangha, sebagai berikut: "Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak baik, Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak lurus, Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak patut; mereka adalah empat pasang makhluk yang terdiri dari delapan jenis makhluk suci.  Itulah siswa Sang Bhagava yang patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan dan penghormatan; tempat untuk menanam jasa, yang tiada taranya di alam semesta."
Apapun (dari ketidaksempurnaan itu) yang telah, sesuai dengan batasannya (diatur oleh tiga tingkat kesucian pertama yang telah dicapainya), diatasi, dihentikan (selamanya), dibiarkan, ditinggalkan dan dilepaskan.
'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna terhadap Buddha" dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia menemukan kesenangan berkenaan dengan Dhamma.  Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika tubuhnya tenang ia merasa bahagia, karena kebahagiaan itu, batinnya menjadi terkonsentrasi.’
'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna terhadap Dhamma" dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia menemukan kesenangan berkenaan dengan Dhamma.  Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika tubuhnya menjadi tenang ia merasa bahagia, karena kebahagiaan itu, batinnya terkonsentrasi.’
'Ia (merenung) demikian: "Saya memiliki keyakinan sempurna terhadap Sangha" dan ia memperoleh pengamalan berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia menemukan kesenangan yang berkenaan dengan Dhamma.  Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran, dengan adanya kegiuran maka tubuhnya menjadi tenang, ketika tubuhnya menjadi tenang ia merasa bahagia, karena kebahagiaan itu, batinnya terkonsentrasi.’
'Ia (merenung) demikian: "Apapun yang dimiliki, sesuai batasannya, telah diatasi, dihentikan, dibiarkan, ditinggalkan dan dilepaskan, maka ia memperoleh pengalaman berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma, oleh karenanya ia menemukan kesenangan yang berkenaan dengan Dhamma.  Karena kesenangan ini maka ia diliputi kegiuran .... batinnya terkonsentrasi.
'Jika seorang bhikkhu memiliki sila, dhamma dan panna seperti itu, makan makanan pindapatta yang terdiri dari nasi dan kacang-kacangan hitam yang dicampur dengan saus dan kari, ia tidak merasa terganggu makan makanan seperti itu.
Bagaikan kain yang kotor dan bemoda menjadi bersih dan cerah dengan bantuan air yang jernih, atau seperti emas mepjadi murni dan berkilau dengan bantuan tungku perapian, demikian pula bagi seorang bhikkhu dengan sila, dhamma dan panna seperti itu, makan makanan pindapatta yang terdiri dari nasi dan kacang-kacangan hitam yang dicampur dengan saus dan kari, ia tidak merasa terganggu makan makanan seperti itu.
Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan cinta kasih yang dipancarkan ke arah yang pertama, ke dua, ke tiga dan ke empat; juga ke atas, ke bawah, ke sekeliling dan segala penjuru dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri; ia hidup dengan batinnya yang diliputi cinta kasih, murni, tak terukur, tanpa keserakahan atau keinginan jahat, yang memancar ke segenap penjuru dunia.
Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan kasih sayang yang dipancarkan ke arah yang pertama ... ke segenap penjuru dunia.
Ia hidup dengan batin yang diliputi dengan empati yang dipancarkan ke arah yang pertama, ... ke segenap penjuru dunia.
Ia hidup dengan batin diliputi dengan keseimbangan batin yang dipancarkannya ke arah yang pertama ... kesegenap penjuru dunia. (Berdasarkan hal itu) ia mengerti tentang: "Terdapat (Brahma vihāra) ini, terdapat (kekotoran-kekotoran batin vang telah ditinggalkan) yang lebih rendah, terdapat (tujuan dari Jalan Arahat yang telah dicapai) yang lebih tinggi, terdapat pembebasan (yaitu Nibbāna) dari (semua) pencerapan (sañña)."
'Ketika ia mengetahui dan melihat cara tersebut, batinnya terbebas dari ikatan nafsu indera, terbebas dari ikatan yang mengikat makhluk dan terbebas dari ikatan kebodohan.  Ketika telah terbebas, terdapat pengetahuan: "Ini terbebas." la mengerti: "Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci (brahmanacari) telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilaksanakan, tak ada lagi yang melebihi hal ini." Bhikkhu, inilah yang disebut: "Dimandikan dengan mandi di dalam (sinato antarena sinanenati)."’
Ketika itu, brahmana Sundarika Bharadvaja duduk tak jauh dari Sang Bhagava.  Kemudian Ia berkata kepada Sang Bhagava: "Namun, apakah petapa Gotama pergi ke sungai Bahuka untuk mandi?"
"Brahmana, mengapa ke sungai Bahuka?  Apakah yang dapat dilakukan oleh sungai Bahuka?"'
"Petapa Gotama, sungai Bahuka dimanfaatkan oleh banyak orang karena sungai itu memberikan kebebasan dan jasa (puñña).  Banyak orang memanfaatkan sungai Bahuka karena sungai itu dapat mencuci semua karma buruk yang telah kita buat."
Kemudian, Sang Bhagava berkata kepada brahmana Sundarika Bharadvaja, dalam syair:

Bahuka dan Andhikka
Gaya dan Sundarika, juga Pavaga dan Sarassati
Dan aliran sungai Bahumati
Tak akan pernah mencuci kamma hitam menjadi putih.


Apakah arti yang dapat diberikan Sundarika?
Apakah juga Payaga?  Apakah Bahuka?
Mereka tak dapat menyucikan seorang pelaku kejahatan,
Seorang yang telah berbuat kejam dan brutal.

Seorang dengan batin murni, mempunyai lebih dari
Pesta musim semi, Hari Suci;
Seorang yang murni dalam perbuatan,
Yang murni dalam batin,

Memiliki setiap kesempurnaan moral.
Di sinilah brahmana, kamu layak
Datang untuk dimandikan,
Untuk membuat dirimu sebagai sarana

Perlindungan yang benar bagi semua makhluk.
Apabila ucapanmu tak ada yang tak benar,
Tak ada perbuatan yang menyakiti makhluk hidup,
Juga tak mengambil sesuatau yang tak diberikan,

Dengan keyakinan dan tanpa kejahatan,
Apakah yang akan kamu lakukan dengan pergi ke Gaya?
Andaikan Gaya itu baik.

Setelah hal ini dikatakan, brahmana Sundarika Bharadvaja berkata: "Menakjubkan, Gotama!  Menakjubkan, Gotama!  Dhamma telah dijelaskan dengan berbagal cara oleb Gotama, seakan-akan Beliau menegakkan sesuatu yang telah roboh, menyibak yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada yang tersesat, menyalakan lampu dalam kegelapan bagi seseorang agar dapat melihat."
"Saya berlindung kepada Gotama, Dhamma dan kepada Sangha. Saya ingin di-pabbajja (meninggalkan kehidupan berumah tangga) di bawah (bimbingan) Gotama, Saya ingin di-upasampada (menjadi bhikkhu).  Brahmana Sundarika Bharadvaja di-pabbajja dan selanjutnya di-upasampada di bawah bimbingan Sang Bhagava.  Tak lama setelah ia di-upasampada, ia hidup menyendiri di tempat yang sepi, rajin, bersemangat dan penuh pengendalian diri.  Bhikkhu Bharadvaja dengan kemampuan sendiri merealisasikan abhinna (kemampauan batin) pada kehidupan sekarang ini, ia mencapai tujuan tertinggi dari kehidupan suci, yang merupakan tujuan bagi orang-orang yang hidup pabbajja. Ia memiliki pengetahuan langsung tentang: 'Kelahiran telah berakhir, brahmanacari (kehidupan suci) telah dijalani, apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada yang melebihi hal ini lagi. Bhikkhu Bharadvaja menjadi salah seorang di antara para arahat.

Kamis, 14 November 2013

KEMERDEKAAN LANDASAN KEBAHAGIAAN



Oleh : Samanera Vimalaseno
Di: Surabaya


“Seseorang yang mula-mula hidup tidak waspada,
tetapi kemudian hidup dalam kewaspadaan,
maka ia akan menerangi seluruh dunia,
seperti bulan yang tidak lagi tertutup oleh awan.”
(Dhammapada; Loka Vagga, 172,13:6)


            Apabila kita menoleh, lebih dari 68 tahun yang silam negara Republik Indonesia terjajah dan amat menderita oleh para penjajah dari jaman Belanda kurang lebih 3 abad lamanya, disusul oleh Jepang. Indonesia telah mengukir sejarah yang panjang dalam suka citanya untuk dapat meraih kemerdekaan, tepatnya 17 Agustus 1945, Bapak Presiden pertama kali, dan atas nama Bangsa Indonesia memploklamirkan Kemerdekaan R.I.
            Bangsa Indonesia merasa mendapatkan suatu anugerah yang amat bahagia, Negara Indonesia bisa Merdeka, Merdeka dari penjajah, dan Indonesia diharapkan bisa berkembang menjadi Negara yang maju, meskipun tidak sedikit para Pejuang Kemerdekaan yang harus mengorbankan jiwa dan raga mereka demi sebuah Kemerdekaan!
         Dengan seiring berjalannya waktu, demokrasi diberikan sebagai hak bagi Warga Negara Indonesia, akan tetapi banyak yang melupakan kewajibannya sebagai Warga Negara,menuntut hak dan tidak menjalankan kewajibannya terlebih dahulu.
             Hal yang kita lihat selain korupsi yang telah merajalela dan sulit diatasi adalah kemiskinan secara materi, moral dan pendidikan, sehingga bangsa Indonesia terpuruk dari segi perekonomian, pendidikan dan status sosial serta kesejahteraan, apakah ini yang kita katakan Indonesia telah Merdeka??. Merdeka secara tidak dijajah oleh Negara lain, akan tetapi sekarang Warga Negara Indonesia sendiri yang menjadi penjajah bagi negaranya, menjual maupun menyeludupkan narkoba baik dari dan keluar negeri, korupsi di bangku pemerintahan yang tidak terselesaikan, kasus-kasus kriminal yang tidak terpecahkan.
            Apa yang bisa kita lakukan sebagai warga negara Indonesia, banyak negara yang baru merdeka dari pada Indonesia mampu menjadi negara maju dari pada Indonesia, yaitu Malaysia, dan Negara lainnya kenapa kita tidak bisa?, jawabannya adalah ketegasan hukum di Indonesia belum sepenuhnya ditegakkan dengan kejujuran dan keadilan. Apabila kemerdekaan ingin diraih dengan sempurna maka taatilah undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan norma-norma dijalankan, ini menjadi kewajiban dan tanggung jawab warga negara Indonesia.
            Dalam pandangan agama buddha sebuah kemerdekaan adalah sebuah kebebasan untuk mencapai kebahagiaan terlepas dari dukkha (ketidak puasan) dan terlepas dari belenggu keinginan (tanha), selama masih ada keinginan sebagai sebabnya, itulah awal dari ketidak puasan, ratap tangis, kecewa, marah, jengkel, kesal, putus asa.
            Maka sebabnya yang telah diketahui adalah belenggu keinginan, maka perlu dihentikan atau dipatahkan, hingga keakar-akarnya dan mampu dilenyapkan, sehingga membawakan pada pencapai kesucian, maka dibutuhkan jalan yang dapat merealisasi dalam pencapaiannya adalah jalan mulia berfaktor delapan, yaitu dikemas dalam 3 bagian yaitu Sila, Samadhi dan Pañña.
            Apabila kita melihat di riwayat hidup buddha gotama sebelum beliau menjadi seorang buddha, apa yang beliau dapatkan? beliau terperangkap selama 6 tahun karena ketidaktahuan beliau, karena faktor kamma dimasa lalu, beliau  menyiksa diri mulai tidak makan, tidak minum, menahan derita yang panjang, dan menekukkan lidah kelangit-langit hingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, hal itu beliau yakini, dari rasa sakit itu beliau akan mencapai kesucian, melainkan beliau hampir meninggal dunia, akan tetapi karena ada dewa yang menyamar menjadi seorang pemain kecapi dengan memetikan senar kecapi sebagai simbol, dengan kebijaksanaan beliau, beliau tersadarkan dan meninggalkan praktik hidup menyiksa diri, itu arti sebuah pengorbanan.
            Sebagai perjuangan selanjutnya beliau duduk dengan mengembangkan sati nya (konsentrasinya) beliau menembus kesempurnaan menjadi seorang Buddha. Sehingga pencapai kebuddhaan beliau dapat dikatakan adalah kemerdekaan yang sejati, tidak cukup beliau merdeka secara batin, beliau masih terjajah oleh oknum-oknum yang ingin menghancurkan beliau seperti: devadata, cinca. Tapi karena beliau adalah orang terbebas dari kilesa maka tidak ada satu mara pun yang dapat menggoda beliau.
            Perjuangan beliau menjadi seorang pejuang dhamma, berjuang dari pada saat bliay menjadi bodhisatta dikehidupan yang tak terhitung, beliau berjuang mengumpulkan parami untuk menjadi seorang buddha, hingga menjadi seoerang buddha dan berjuang mengajarkan dhamma dan menemui berbagai halangan, hingga berjuang meluruskan dan mendidik siswa-siswanya, bertanggung jawab pada apa yang beliau ajarkan pada orang lain, beliau bertanggung jawab pada siswa-siswanya, menetapkan vinaya secara tepat dan bijak, serta meninggalkan warisan berupa dhamma hingga saat ini.
            Tentu sebagai umat buddha, harus dapat melestarikan perjuangan Guru Buddha Gotama yang diberikan berupa suri teladan dan ajarannya yang mengajarkan untuk menghindari dua jalan ekstrim, dan semangat, hidup untuk displin dan bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan serta harus dapat menghindari hal-hal yang dapat dicela oleh orang bijaksana.
            Marilah kita sebagai umat buddha yang memegang teguh ajaran Dhamma untuk dapat merealiasi kemerdekaan (kebebasan) Nibbana dalam hidup ini, sebagai hasil akhir dari sebuah perjuangan, berjuang melawan diri sendiri, berjuang melawan nafsu, amarah, keserakahan di dalam diri. Dengan menjalan sila dan samadhi dengan tekun dan baik, maka keteguhan hati akan muncul sehingga kestabilan antara kemerdekaan menjadi Warga Negara yang baik dan bertatasusila dalam pikiran, ucapan dan tingkah laku, sehingga konsep kemerdekaan untuk Negara Indonesia dan konsep kemerdekaan untuk batin mencapai Nibbana dapat terealisasi dengan perjuangan seorang pejuang sejati.

INSPIRASI MOTIVASI

Oleh : Samanera Herman Vimalaseno
Di: Tangerang











Pensil memberikan contoh sebuah kehidupan pada kita,
Pensil yang digunakan akan terus menumpul,
dikala kita harus meruncingkannya,
agar dapat digunakan untuk berkarya,tanpa disadari pensil itu akan habis -
dengan beriring jalannya waktu.
Demikian dengan kehidupan ini, usia terus bertambah ,
Ketika kita lupa, maka kita harus mengingat kembali tentang arti sebuah kehidupan ini,
sehingga anda mampu berkarya untuk dunia,
Tanpa kita sadari, kita akan meninggalkan kehidupan ini,
Apa yang bisa anda tinggalkan untuk dunia? 
kalau bukan karya anda untuk dunia!


Kertas memberikan contoh kesabaran dalam kehidupan kita,
pada saat dirinya yang polos di kotori oleh tinta, tip-x,
maka ia akan tetap diam, dan menawarkan lembaran polos yang kedua dan seterusnya....
apabila lembaran itu berisikan sebuah tulisan yang berarti, maka ia akan berguna untuk yang-
membacanya,
akan tetapi bila tulisan itu tidak berarti bagi yang membacanya,
maka ia akan membuka diri dengan lembaran yang bersih dan baru bagi penulisnya.
Demikian pada diri kita sahabat.....
pada saat orang lain bertindak kasar dan jahat pada dirimu,
maka kamu tawarkan senyuman dan kesabaran pada dirinya,
 maka dengan demikian kamu telah membuka pintu arti sebuah kesabaran pada dirimu dan 
 lawanmu!


Kapal pesiar memberikan contoh sebuah keindahan hidup yang perlu diwaspadai dalam hidup,
Anda akan berlayar bersama Kapal Pesiar yang indah, besar dan mewah,
Keseluruh dunia akan anda tempuh dengan suka cita,
Anda akan terlarut dalam sebuah mimpi yang indah,
Kapal berlayar karena ada Nahkoda, nahkoda ada karena ada kapten kapal,
Kapal ada juga tidak terlepas dari anak buah kapal,
Pada saat semuanya tidak terjaga dalam mengarungi Samudera....
Maka Kapal akan karam oleh terjangan badai dan ombak...
Seisi kapal akan karam bersama kapal pesiar yang indah, mewah dan besar.
Demikian dalam hidup ini, anda diharapkan agar selalu tidak terpesona, hanyut dengan 
kemewahan, kesenangan yang berlebihan,
Pada saat anda lengah, maka anda akan terkubur bersama kemewahan, kesenangan yang anda buat.