Senin, 24 Februari 2014

MASUKNYA AGAMA BUDDHA KE INDONESIA


oleh: Sᾱmanera Herman Vimalaseno



         

 A.    AWAL PENGARUH INDIA.

Berita-berita pertama tentang Indonesia.
Bahan-bahan sejarah selama 15 abad sejak awal Masehi mengenai Indonesia sangatlah terbatas. Untuk memahami hal-hal yang terjadi pada waktu itu, maka kita perlu memakai beberapa sumber-sumber sebagai berikut:
1.     Berita yang dibuat oleh para peziarah China, seperti Fa-Hien dan I-Tsing, mereka beragama Buddha. disamping buku-buku sejarah yang dibuat oleh tiap-tiap dinasti, berkenaan dengan yang terakhir ini, para sarjana mengalami kesulitan, karena berkenaan dengan nama Indonesia yang ditulis dalam bahasa China dan tidak disebut di mana letak satu Negeri atau Kerajaan yang disebut.

2.     Bahan-bahan yang terdapat di Indonesia adalah:
           a.      piagam-piagam
terdapat pada logam atau batu, terdapat di mana-mana yang terpendam oleh tanah. Piagam
ditulis dalam daun lontar yang saat ini sudah sebagian besar hancur dan hilang. Isi dari 
piagam adalah mengenai pemberian hadia dan penetapan perintah raja untuk daerah yang 
dibebaskan pajak atau medapat tugas kewajiban. piagam yang banyak ditemukan berwujud 
teratai yang dipahat dari batu dan diletakkan di dearah yang mana merupakan hadiah dari 
kerajaan, serta diakhir piagam disebut nama dewa atau danyang, yang disucikan. misalnya 
terdapat pada piagam di Muara Kaman (Kaltim).
b.     Uraian pendek yang terdapat pada candi-candi yang memiliki isi yang tidak sama dengan yang tertulis pada piagam-piagam.
c.   Buku-buku sastra yang sengaja ditulis sebagai sejarah, misalnya “Babad Tanah Jawi”, “Cerita Parahyangan” dan “Sejarah Melayu”. Buku-buku Jawa Kuno yang sebagai sejarah misalnya:
1. Nagarakertagama digubah oleh Prapanca, berbentuk syair, diperkirakan ditulis setahun setelah meninggalnya Maha Patih Gajah Mada (1364), kitab ini ditemukan di Puri Cakranegara (Lombok) oleh Belanda yang sedang perang (1894).
 2. Pararaton, ditulis setelah Majapahit runtuh dan berisi uraian tentang raja-raja sebelum raja Majapahit.


       B.    KEDATANGAN AGAMA BUDDHA DI INDONESIA


            Masuknya Agama Buddha pertama kali di Indonesia, belum jelas dan gelap, walaupun nama pulau Jawa sebagai “Labadiu” telah dikenal oleh Ptolemi, seorang ahli ilmu bumi di Iskandariah pada tahun 130 M. pada abad pertama masehi sudah dikenal “Javadwipa” yang meliputi Jawa dan Sumatera sekarang. “Suvarnadwipa” adalah nama untuk pulau Sumatra. Dapat disimpulkan bahwa sebelum abad kedua Masehi, sudah terdapat hubungan antara India dan kepulauan Nusantara.
Kedatangan Fa-Hien pada tahun 414 M ke pulau Jawa dalam perjalanannya pulang ke China, setelah ia berkunjung ke India selama 6 tahun telah membuka tabir kegelapan mengenai kehidupan beragama di pulau Jawa. Ia tinggal 5 bulan di pulau Jawa dan dalam catatannya mengatakan bahwa banyak terdapat penganut agama brahmana yang jauh berlainan dengan kehidupan di India, akan tetapi agama Buddha sedikit dan tidak tertarik untuk dicatat.
    Atas usaha Bhikkhu Gunawarman pada tahun 423 M, agama Buddha berkembang di Jawa. Gunawarman adalah putera Raja dari Khasmir (India), ia melepaskan kehidupan perumah tangga dan menjadi Bhikkhu dan belajar ke Sri Lanka dan ke She-Po (Jawa), dan berhasil mengembangkan agama Buddha di tanah Jawa.
       Sedangkan di Sumatera keadaan agama Buddha masih gelap pada awalnya. Setelah kedatangan I-Tsing pada tahun 671 M dan 688-695 M mulai tersingkap. Ia datang ke Sribhoja, ibukota kerajaan Sribhoja adalah di dekat Palembang. ia mengatakan bahwa raja-raja dan penguasa adalah beragama Buddha dan di sana sebagai pusat terpenting di mana Dhamma dipelajari oleh 1.000 Bhikkhu sama halnya yang dipelajari di India.
     Ini merupakan petunjuk bahwa agama Buddha telah masuk ke Indonesia jauh sebelum abad ke 8 M yang dikembangkan oleh Dharmaduta-dharmaduta  dari Mazhab Sarvastivada, yang diduga dari India Utara (Khasmir), tetapi hal itu juga telah menunjukkan agama Buddha Mahayana telah berkembang di Melayu, sewaktu I-Tsing datang ke Sumatera.
       Mahayana pertama kali masuk ke Sumatera dan disusul ke Pulau Jawa dan Kamboja (Kmer). Sriwijaya adalah penganut agama Buddha Mahayana dan beliau mengembangkan pada daerah yang mereka kuasai. Pada tahun 759 M. Kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya hingga ke Muangthai selatan yang sekarang disebut Suratani dan Pattani.
     Catatan sejarah dari Tibet menyatakan bahwa Sriwijaya pada abad ke II merupakan pusat kegiatan agama Buddha yang terkemuka. Atissa yang sangat terkenal dan pembangunan kembali agama Buddha di Tibet, dikatakan pernah datang dari India ke Sumatera dan menetap dari tahun 1011-1023 belajar dibawah bimbingan Bhikkhu Dharmakirti, beliau adalah Bhikkhu yang terkemuka di Sumatera. Menurut Biograpi Atissa yang ditulis di Tibet menyatakan bahwa Sumatera adalah sebagai pusat utama agama Buddha dan Dharmakirti adalah sarjana yang terbesar di zaman itu.
     Kedatangan para Dharmaduta ke Indonesia adalah mendorong orang-orang untuk pergi ke India dan mengunjungi tempat-tempat suci dan pusat-pusat pendidikan agama Buddha seperti Universitas Nalanda di Bihar yang didirikan oleh Dinasti Gupta (320-606). orang –orang yang datang dari Kerajaan Sriwijaya dan tinggal dan bermukim sehingga dibuatkan vihara khusus , setelah mereka kembali ke Indonesia mereka mendirikan candi-candi dengan bentuk dan ukiran yang bercorak Indonesia. Mengenai perguruan agama Buddha di Nalanda berdasarkan berita-berita yang dibuat oleh Bhiksu Huan-Tsang yang berkunjung ke India pada tahun 629-645, dikatakan pada abad ke 7 M Nalanda telah berkembang pesat dibawah bimbingan Silabadra, tidak saja diberikan pelajaran agama Buddha selain diajarkan kita-kitab Weda, filsafat Hindu, logika, tata bahasa dan pengobatan. Siswa yang belajar di sana mencapai 10.000 orang dan dibebaskan biaya, Nalanda hancur akibat serbuan bangsa Hun dan masuknya agama Islam ke India.

      C.    KERAJAAN-KERAJAAN AGAMA BUDDHA.

        1.     MATARAM
    Piagam tertua kira-kira tahun 732, ditemukan di desa Canggal, Keresidenan Kedu. diterangkan dalam piagam itu bahwa di dekat desa Salam, sebelah Selatan Muntilan, didirikan sebuah tempat suci yang berisi lingga. Tempat suci yang berisi lingga (salah sebuah lambang Siwa) di dekat Salam itu dapat dianggap sebagai tanda mendirikan suatu kerajaan yang disebut Mataram, karena Raja ini (Sanjaya) di dalam piagam-piagam kemudian disebut “Rake Mataram”. Mataram mula-mula nama daerah kecil yang diperintah oleh Raja Sanjaya yang kemudian dijadikan nama kerajaan yang didirikan Sanjaya.
    Pengganti Sanjaya adalah Pancapana, Rake Penangkaran adalah gelar yang lebih terkenal. Pancapana adalah penganut Buddha Mahayana, sedangkan Sanjaya adalah penganut Brahmana. Pada tahun 778 Pancapana mendirikan candi Kalasan untuk memuji Dewi Tara. lain-lain dari candi itu adalah candi Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, Sari.
   Dinasti raja-raja Mataram disebut Sailendra. Bukti bahwa mereka adalah dari keturunan Sailendra terdapat dalam piagam yang berhubungan dengan candi Kalasan. harus diperhatikan bahwa kira-kira pada waktu itulah agama Buddha Mahayana sudah datang ke Indonesia  dan seterusnya berkembang berdampingan dengan agama Siwa yang telah datang lebih dulu. Pengganti – pengganti Pancapana adalah banyak memuji dan memuja Buddha dan Siwa.

        2.     SRIWIJAYA
   Di Sumatera terdapat sebuah kerajaan yang bernama Sriwijaya yang terletak dan berpusat di Palembang-Jambi pada abad ke 5 M. Kemudian meluaskan jajahannya sampai ke Bangka dan semanjung Malaya. Sebelum kerajaan Sriwijaya berkembang, terlebih dahulu adanya kerajaan Melayu yang terletak di Jambi sekarang. Akan tetapi kerajaan Sriwijaya lebih berkuasa, dan kerajaan Melayu pada saat itu tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.
        Apakah sebab-sebabnya dibagian Timur Sumatera dapat berdidi kerajaan-kerajaan? sejak tahun Masehi Selat Malaka menjadi lalu lintas perdagangan dari Barat hingga Timur, yaitu Arab dan India.

MASA KEEMASAN SRIWIJAYA
Pada abad ke-7 dan abad ke-8 Sriwijaya mencapai masa keemasannya. Kekuasaannya meliputi bagian barat Nusantara yaitu semenanjung  Malaka, Melayu, daerah pantai barat Borneo Barat. Sejak abad itupula Sriwijaya memiliki Duta di China yang berlangsung hingga 1178.
Dalam abad ke 7 itu, ketika kekuasaan Sriwijaya sedang dipuncaknya, Palembang tidak hanya menjadi pusat politik, melainkan menjadi pusat agama Buddha. Catatan yang dibuat I-Tsing ia berangkat dari Canton pada tahun 671, pergi ke Palembang dulu dan tinggal selama 6 bulan untuk belajar tata bahasa, setelah itu ia pergi ke Melayu dan tinggal selama 2 bulan. Setelah ia menuntut ilmu pelajaran di Perguruan Tinggi di Nalanda selama 10 tahun, ia kembali ke Sriwijaya, terjadi pada tahun 685. Setelah ia tinggal selama 4 tahun di Sriwijaya, ia kembali ke Kanton dan menjemput empat orang pembantu untuk membantu dalam menerjemahkan kitab-kitab agama Buddha di Palembang.

       3.     MAJAPAHIT
          Prof. Dr. Slamet Mulyana dalam “Nagarakertagama dan Tafsir Sejarahnya” menyebutkan, bahwa pada zaman Majapahit agama menjiwai segenap lapangan kehidupan, termasuk kebudayaan. Semua cabang kebudayaan seperti seni bangunan, seni pahat, seni sastra dan seni panggung bernafaskan keagamaan. Gajah Mada mengutamakan negara dan kemakmuran rakyat daripada keagungan keagamaan.

      D.    KEBANGKITAN KEMBALI AGAMA BUDDHA DI INDONESIA PADA ABAD XX.
       Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, dan berkembanglah kerajaan Islam di pesisir pantai dan terus menyebar dan agama Buddha tertidur sangat panjang hingga 5 abad. Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia hanya dikenal 3 agama, yaitu Kristen Protestan, Katholik dan Islam. Sedangkan agama Buddha tidak disebut-sebut, sehingga agama Buddha telah dikatakan sirna dari bumi Indonesia, tetapi secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha masih tetap terasa antara ada dan tiada.
Pada zaman kolonial Belanda didirikan suatu perhimpunan Theosofi oleh orang-orang Belanda terpelajar. dengan tujuan ingin mempelajari semua agama dengan demikian akan tercipta kerukunan dan inti persaudaraan yang universal, dan agama Buddha juga diperkenalakan pada mereka.
Di Jakarta timbul suatu usaha untuk melestarikan ajaran Buddha, Konghucu, dan Lautse yang kemudia melahirkan Organisasi Samkauw Hwee yang mempelajari ketiga ajaran itu. pada tahun 1932 di Jakarta berdiri Internasional Buddhist Mission bagian Jawa. pada tahun 1931 telah terbit Majalah Mustika Dharma oleh Kwee Tek Hoay. Majalah ini sangat berjasa dalam membantu menyebarkan ajaran Buddha yang ada di Indonesia.
Pada tanggal 4 Maret 1934 Bhikkhu Narada menginjakan kakinya di Pelabuhan Tanjung Priok. Bhikkhu Narada adalah Bhikkhu asing beraliran Theravada yang pertama kali datang ke Indonesia setelah berselang 5 abad runtuhnya kerajaan Majapahit. beliau mengunjungi Indonesia sebanyak 15 kali dan terakhir kali beliau datang Mei 1983 dalam usianya 85 tahun. Jasa beliau sangat besar untuk perkembangan agama Buddha di Indonesia
            Dari banyaknya orang-orang yang belajar agama Buddha dan Indonesia melahirkan putera-putera pertiwi yang menjadi Bhikkhu yaitu The Po An dari Bogor ditabiskan menjadi Bhikkhu Theravada di Birma dan beliau mendapatkan nama yaitu Ashin Jinarakkhita. Dan disusul pada tanggal 21 Mei 1959 Ong Tiang Biauw dari Tangerang ditabiskan menjadi Bhikkhu di Internasioanal Sima di Kassap dengan nama Bhikkhu Jinaputta, Samanera Jinapiya dan di tabiskan kembali di Thailand yang kita kenal adalah Bhikkhu Thitaketuko. Pada tanggal 15 November 1966 Samanera Jinagiri ditabiskan di Thailand dan berubah nama menjadi Bhikkhu Girirakhito.
            Agama Buddha juga melahirkan organisasi-organisasi Buddhis dan juga berkembang Perguruan Tinggi Agama Buddha serta adanya Dirjen Bimas Buddha, sehingga hal demikian agama Buddha telah berjalan menuju perbaikan dari tidurnya yang sangat panjang 5 abad setelah runtuhnya kerajaan Majapahit.

Refrensi:

Tim Penyusun. 2003. Sejarah Perkembangan Agama Buddha. CV. Dewi Kayana Abadi.
Jakarta.


Tim Penyusun. 2003. Kapita Selekta Agama Buddha. CV. Dewi Kayana Abadi. Jakarta.

1 komentar: