Jumat, 07 Februari 2014

SELF POTENTIAL AS A SOURCE OF STRENGTH (POTENSI DIRI SUMBER KEKUATAN)





Oleh:Samanera Herman Vimalaseno
Mahasiswa STAB Kertarajasa-Batu



Anᾱgataṁ paṭikayirᾱtha kiccaṁ
Mᾱ maṁ kiccaṁ kiccakᾱle byadhesi

Persiapkan sejak dini pekerjaan untuk masa depan dengan sempurna. Jangan biarkan pekerjaan itu menghimpit diri hingga tiba waktunya untuk menghadapinya.

(Pepatah Buddhis, 27/1636)


             Di dalam fenomena kehidupan ini, kita mengetahui bahwa disetiap diri individu memiliki potensi diri yang berbeda. Bagi mereka yang berkesungguhan hati membangkitkan potensi itu melalui semangat dan ketrampilan(skill) dalam bekerja. Maka tidak ada istilah pengangguran, dengan kurangnya pengangguran, maka berkurang pula tingkat kriminalitas, secara otamatis hukum di Indonesia sudah berjalan dengan baik. Meskipun kasus Korupsi belum ada solusi hingga saat ini.
Hidup tanpa potensi yang dimiliki, tentu pekerjaan apapun tidak dapat dijalankan. Tidak heran bagi mereka yang hidup sebagai pengangguran. Mengalami masalah dengan kebutuhan perut (pangan), untuk kebutuhan perut mereka rela melakukan tindakan kriminalitas, disamping mereka terdesak oleh faktor ekonomi.
Lowongan pekerjaan cukup banyak apabila kita berkeinginan untuk bekerja, baik menjadi buruh sekalipun atau membuka usaha sendiri. Untuk memulai langkah awal bagi para remaja yang telah meninggalkan bangku SMA- nya. Tentu mereka akan berpikir, apa yang harus dilakukan sehubungan dengan masa depan yang didukung oleh potensi yang dimiliki. Apakah mereka harus melanjut kejenjang Perguruan Tinggi atau bekerja.
Apabila bekerja yang menjadi pilihan, tentu harus ada yang disejahterakan, melainkan diri sendiri demi meraih sebuah impian dalam berkarir. Juga mampu mensejahterakan keluarga dan orang lain. Tanpa usaha, tekad dan semangat, sejahtera bukan berpihak padanya. Orang yang pantas menyadang gelar hidup sukses dan sejahtera adalah mereka yang punya tiga kata kunci (UTS) dalam hidup, yaitu : Usaha, Tekad, Semangat.
Selain tiga kata kunci tersebut sebagai langkah untuk sejahtera dan sukses semua orang harus paham power dari potensi yang dimiliki. Seperti contoh orang yang hanya lulus SD ingin menjadi Menteri Pendidikan, Dokter. Apakah ini bisa?. Setiap orang harus mampu mengukur dasar dari kekuatan atau power potensi dirinya. Setelah ia paham. Maka dapat dibangun potensi itu menjadi sebuah jembatan penghubung antara Usaha, Tekad, Semangat dengan skill yang dimiliki.
Telah dijelaskan dalam Aṅguttara Nikᾱya 8:54; IV 281-85. Buddha membabarkan kepada para siswanya yang tengah berdiam diantara kaum Koliya, dan disana terdapat sebuah kota Niaga dari kaum Koliya yang disebut Kakkarapatta. Ada seorang perumah tangga Koliya mendekat pada Buddha dan bertanya bahwa mereka telah hidup dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi, berdiam di rumah dan tempat tidur yang dipenuhi oleh anak-anak, menikmati kayu cendana yang harum, mengenakan untaian bunga, wewangian dan luluran, menerima emas dan perak.
Buddha menjelaskan bahwa bagi perumah tangga terdapat empat kesejahteraan yang dapat diperoleh dalam kehidupan saat ini dengan memenuhi beberapa tahapan, yaitu Kesempurnaan usaha gigih, kesempurnaan perlindungan dan sahabat baik, kehidupan yang seimbang.
Buddha menjelaskan kesempurnaan dari usaha gigih adalah bagi perumah tangga dapat hidup dengan baik seperti bertani, berdagang, beternak, seni memanah, pegawai negeri. Mereka haruslah piawai dan tekun serta mampu menyelidiki cara-cara, bertindak, dan mengatur segalanya dengan tepat. Hal ini dikatakan kesempurnaan dalam usaha gigih.
Usaha gigih yang salah apabila mereka berusaha dan berlomba-lomba untuk menjadi juara Koruptor ternama. Menjadi caleg dengan usaha gigih menghumbar janji palsu pada rakyat, agar dapat terpilih. Usaha dengan gigih mengumpulkan harta untuk judi, penghumbaran seksualitas, narkoba, miras. Hal ini merupakan usaha gigih yang akan mempercepat manusia untuk terjatuh pada kondisi penderitaan yang panjang.
Kesejahteraan kini yang dijelaskan Buddha adalah kesempurnaan perlindungan, yaitu perumah tangga, setelah berusaha susah payah, didukung usaha giat, dengan lengannya dan keringat didahi ia mendapatkan hasil dari yang dikerjakan, mengumpulkan harta, selayaknya melindungi hartanya dari pencuri, perampok, terbakar oleh api, terhanyut oleh banjir. Inilah dikatakan sebagai kesempurnaan dari perlindungan.
Perlindungan harta yang dimiliki juga harus dimengerti dengan bijaksana. Sehingga tidak hilang dengan sia-sia. Berbeda dengan sikap kikir seseorang melindungi hartanya dan tidak mau berbagi kepada para fakir miskin, menyokong kehidupan Sangha, ikut berpartisipasi pembangunan vihara, sekolah buddhis. Akan tetapi perlindungan harta yang salah digunakan untuk kepuasan dan berfoya-foya.  Sifat ini telah keluar dari paham cara hidup benar menuju cara hidup ektrim yang Buddha anjurkan untuk tidak dilakukan. Karena akan membawa sumber dari ketidakpuasan yang berakar dari nafsu keinginan dan kemelekatan.
Penjelasan Buddha ketiga adalah persahabatan baik, baik berada dikota ataupun didesa, bergaul dengan putra mereka dalam usia muda maupun tua. Memiliki kebajikan yang tinggi dan teguh dalam keyakinan, disiplin kemoralan, dermawan, dan bijaksana. Mereka dapat berbicara tentang keyakinan, disiplin kemoralan, dermawan, dan bijaksana. Maka mereka disebut sahabat yang baik.
Sahabat tidak baik banyak digemari oleh siapa saja, dikarenakan sahabat tidak baik seperti preman, penjudi, pemabuk, pemakai narkoba. Mereka dijadikan sebagai pelindung untuk menjaga mereka yang suka pada dunianya. Layaknya seperti ayam yang disabung di laga perlombaan, dia akan terluka, dan mati seiring berjalannya waktu. Sahabat tidak baik akan berlaga baik meskipun dia akan menjelekan, menjatuhkan, mencelakakan anda dengan caranya. Mereka akan membeberkan rahasia anda pada orang lain. Dia akan meninggalkan anda apabila anda dalam keadaan susah. Dia akan selalu bersama anda apabila anda mampu menghidupi dan berbagi uang bersama mereka. Mereka akan selalu menggiring anda untuk meninggalkan agamamu! dan anda akan jauh dari suatu kebenaran sejati (Dhamma).
Faktor kesejahteraan yang keempat Buddha menyatakan adalah kesempurnaan kehidupan yang seimbang. Mampu mengatur pemasukan dan pengeluaran dari harta yang dimiliki. Sehingga antara pemasukan dan pengeluaran dapat berjalan seimbang. Atau dapat melihat antara kebutuhan dan keinginan terhadap sesuatu yang hendak dicapai. Tidak mengikuti sifat tamak dan serakah dalam menginginkan sesuatu.
Kekayaan yang telah terkumpulkan akan membawakan empat hal penghamburan bagi mereka yang batinnya tidak terbimbing oleh Dhamma, yaitu ketergilaan terhadap seksualitas, berjudi, mabuk-mabukan, sahabat tidak baik.
Ketergilaan terhadap seksualitas merupakan penyakit masyarakat yang dianggap sebagai kebutuhan yang seharusnya terpenuhi. Dalam aspek psikologi memandang khusus mereka yang masuk dalam fase remaja merupakan sesuatu rasa ingin tahu yang besar. Apabila tidak diwaspadai maka tidak heran apabila diusia remaja banyak yang tersandung kasus merried by accident, berawal dari rasa ingin tahu dan mencobanya.
Bagi mereka yang bodoh dan tidak dapat melihat dengan jelas tubuh ini, mereka akan menggap tubuh ini indah dan menawan. Sesungguhnya isi di dalam tubuh ini adalah kotoran yang keluar dari sembilan lubang: kotoran mata keluar dari cela mata, kotoran telinga keluar dari cela telinga, ingus mengalir dari hidung, kadang dimuntahkan dari mulut, empedu dan dahak dimuntahkan, peluh dan nanah keluar dari tubuh. Dan yang terpenting tubuh ini adalah sarangnya penyakit.
Terhamburnya harta juga dapat disebabkan oleh bermabuk-mabukan. Mabuk disebabkan oleh minum-minuman keras yang dapat melemahkan kesadaran. Orang yang lemah kesadarannya akan melanggar empat aspek moralitas. Pelanggaran yang dilakukan karena orang yang lemah kesadarannya akan dengan mudah tersinggung dan membunuh, dengan lemahnya kesadaran orang dapat melakukan pencurian karena mereka membutuhkan uang untuk membeli minuman keras tersebut. Dengan lemahnya kesadaran mereka akan dengan mudah melakukan perbuatan asusila karena nafsu yang muncul akibat pikiran yang tidak terkendali. Dan dengan kesadaran yang lemah kita dapat berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat berbohong, menfitnah, berkata-kata kasar.
Judi merupakan faktor terhamburnya harta yang terkumpulkan. Orang beranggapan judi merupakan permainan atau hiburan biasa yang dianggap bisa mengobati stres. Melainkan judi membuat stres bagi mereka yang kalah, kecanduan bagaikan narkoba apabila menang. Mereka yang menang judi akan memasang taruhan  bahkan menjadi bandar dengan harapan ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini sebagai bentuk keserakahan dan diikuti oleh  kebodohan batin yang cukup besar. Selain harta habis, keluarga juga bisa habis di pukul oleh mereka yang kalah judi. Maka kasus kekerasan rumah tangga kerap terjadi yang dilatar belakangi judi dan mabuk-mabukan.
Sahabat tidak baik menjadikan diri kita juga untuk berbuat tidak baik. Anggapan orang bahwa kita tidak boleh memilih-milih sahabat, siapa saja kita harus berteman. Dan juga mereka beranggapan tergantung dari kita sendiri. Apabila anda merenung sejenak dengan perumpamaan bahwa: ada bangkai apabila di bungkus dengan kain, setelah bangkai itu kita buang, maka bau dari bangkai akan menempel di kain itu. Sebaliknya apabila bunga yang harum kita bungkus dengan sehelai kain, maka kain itu juga akan berbau harum. Hal ini menunjukkan bahwa berteman dengan siapa saja akan terkena imbas dari kondisi itu. Sebagai contoh kita tidak merokok, akan tetapi kita berteman dengan perokok. Pada saat mereka merokok kita dekat dengannya, sama saja kita merokok, kita adalah prokok pasif. Justru lebih berbahaya menjadi penghirup rokok ketimbang penghisap rokok.
Harta yang terkumpulkan melalui empat kondisi dari kesempurnaan usaha gigih, kesempurnaan perlindungan dan sahabat baik, serta kesempurnaan kehidupan seimbang. Akan mendatangkan bencana pemborosan karena terhamburnya harta tersebut. Seperti ketergilaan seksualitas, judi, mabuk dan sahabat tidak baik. Hal ini terjadi bagi siswa yang batinnya tidak terbimbing dalam dhamma. Sebaliknya kondisi yang terjadi dari harta yang terkumpulkan akan mendatangkan keuntungan harta yang bertambah bagi mereka yang menghindari kondisi pemborosan itu. Dan mereka adalah siswa yang terbimbing batinnya di dalam dhamma.
Buddha juga menjelaskan ada kesejahteraan yang dapat diperoleh dalam masa mendatang, hal ini tentunya ditunjang dengan potensi batin yang terlatih, potensi itu adalah keyakinan, moralitas, kedermawanan, kebijaksanaan. Apabila dikembangkan potensi itu akan menjadikan kekuatan untuk diri kita dan semua orang.
Keyakinan terhadap ajaran Buddha dengan merenungkan sifat-sifat luhur Buddha sebagai Guru para Dewa dan manusia, demikian juga pada Dhamma dan Sangha. Perenungan itu dapat dibaca di dalam buku paritta suci berjudulkan Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati. Dengan teguh pada keyakinan, maka seseorang tidak akan tergoyahkan untuk pindah agama, lebih sabar dalam menghadapi rasa sakit, tidak mudah galau apabila punya masalah. Sebagai umat Buddha selayaknya dapat berfikir dewasa, bukan saja umurnya dewasa. Akan tetapi kualitas batinnya haruslah dewasa, memiliki ketahanan mental dalam segala aspek kehidupan.
Moralitas juga merupakan potensi kedua yang menjadikan sumber yang sangat besar. Moralitas adalah penunjang kesejahteraan. Orang yang kaya raya belum tentu memiliki moralitas. Pemerintah belum tentu jujur dan bebas korupsi. Orang berintelektual tinggi belum tentu bermoral. Orang miskin belum tentu tidak bermoral. Semua kaitannya dengan moralitas. Tanpa moral maka jelas setiap individu manusia akan merosot kemoralannya. Dasar moralitas umat Buddha adalah Pancasila Buddhis (5 latihan aturan etika dalam ajaran Buddha), yaitu: melatih diri untuk tidak membunuh makhluk hidup/ tanpa kekerasan, tanpa penganiyayaan. Melatih diri untuk tidak mengambil barang yang bukan milikinya tanpa ijin (mencuri), atau memindahkan barang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila (seks bebas). Melatih diri untuk tidak berkata dusta/ bohong/ ngerumpi ngomongin orang alias bergosip. Dan moralitas yang terakhir adalah melatih diri untuk tidak bermabuk-mabukan, termasuk narkoba.
Kedermawanan merupakan sifat luhur dari ketulusan seseorang memberi dengan apa yang dimiliki. Seperti orang yang kaya raya tidak pelit, dengan harta yang dimiliki menyokong kebutuhan hidup Sangha. Membantu fasilias vihara, mensponsori setiap kegiatan Perayaan Hari Raya Buddhis, seperti Waisak dan Kathina. Membuat Dana anak asuh bagi mereka yang kurang mampu. Inilah mereka umat Buddha yang telah sejahtera dalam kehidupannya dulu dan membuat kesejahteraan pada kehidupan saat ini.
Kebijaksanaan adalah tindakan seseorang didalam berpikir, berucap dan berprilaku dengan positif. Mampu menerawang timbul dan lenyapnya fenomena, yang mulia, yang menembus, serta hancurnya penderitaan secara menyeluruh. Dengan hal ini kebijaksanaan akan diperoleh.
Marilah kita bangun suatu kekuatan (power) didalam diri kita masing-masing. Kekuatan merupakan potensi berupa Usaha, Tekad, dan Semangat. Serta ditunjang dengan keyakinan, moralitas, kedermawanan, dan bijaksana. Dengan demikian kita akan mendapatkan kunci kesuksesan dalam hidup. Sukses menjadi individu yang sejahtera saat ini dan sejahtera di kehidupan mendatang. TERUS SEMANGAT.... PANTANG MENYERAH DALAM LANGKAH MENUJU PERUBAHAN YANG JAUH LEBIH BERARTI DAN LEBIH BAIK!!! J
Daftar Pustaka:

Bodhi. 2010. Tipitaka Tematik (In The Buddha’s Words). Ehipassiko Foundation. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar