Oleh:Samanera Herman Vimalaseno
Mahasiswa STAB Kertarajasa-Batu
Anᾱgataṁ paṭikayirᾱtha
kiccaṁ
Mᾱ maṁ kiccaṁ kiccakᾱle
byadhesi
Persiapkan sejak dini
pekerjaan untuk masa depan dengan sempurna. Jangan biarkan pekerjaan itu
menghimpit diri hingga tiba waktunya untuk menghadapinya.
(Pepatah Buddhis, 27/1636)
Di dalam fenomena
kehidupan ini, kita mengetahui bahwa disetiap diri individu memiliki potensi
diri yang berbeda. Bagi mereka yang berkesungguhan hati membangkitkan potensi
itu melalui semangat dan ketrampilan(skill) dalam bekerja. Maka tidak ada istilah
pengangguran, dengan kurangnya pengangguran, maka berkurang pula tingkat
kriminalitas, secara otamatis hukum di Indonesia sudah berjalan dengan baik.
Meskipun kasus Korupsi belum ada solusi hingga saat ini.
Hidup
tanpa potensi yang dimiliki, tentu pekerjaan apapun tidak dapat dijalankan.
Tidak heran bagi mereka yang hidup sebagai pengangguran. Mengalami masalah
dengan kebutuhan perut (pangan), untuk kebutuhan perut mereka rela melakukan
tindakan kriminalitas, disamping mereka terdesak oleh faktor ekonomi.
Lowongan
pekerjaan cukup banyak apabila kita berkeinginan untuk bekerja, baik menjadi
buruh sekalipun atau membuka usaha sendiri. Untuk memulai langkah awal bagi
para remaja yang telah meninggalkan bangku SMA- nya. Tentu mereka akan
berpikir, apa yang harus dilakukan sehubungan dengan masa depan yang didukung
oleh potensi yang dimiliki. Apakah mereka harus melanjut kejenjang Perguruan
Tinggi atau bekerja.
Apabila
bekerja yang menjadi pilihan, tentu harus ada yang disejahterakan, melainkan diri
sendiri demi meraih sebuah impian dalam berkarir. Juga mampu mensejahterakan
keluarga dan orang lain. Tanpa usaha, tekad dan semangat, sejahtera bukan
berpihak padanya. Orang yang pantas menyadang gelar hidup sukses dan sejahtera
adalah mereka yang punya tiga kata kunci (UTS) dalam hidup, yaitu : Usaha,
Tekad, Semangat.
Selain
tiga kata kunci tersebut sebagai langkah untuk sejahtera dan sukses semua orang
harus paham power dari potensi yang dimiliki. Seperti contoh orang yang hanya
lulus SD ingin menjadi Menteri Pendidikan, Dokter. Apakah ini bisa?. Setiap orang
harus mampu mengukur dasar dari kekuatan atau power potensi dirinya. Setelah ia
paham. Maka dapat dibangun potensi itu menjadi sebuah jembatan penghubung antara
Usaha, Tekad, Semangat dengan skill yang dimiliki.
Telah
dijelaskan dalam Aṅguttara Nikᾱya 8:54;
IV 281-85. Buddha membabarkan kepada para siswanya yang tengah berdiam
diantara kaum Koliya, dan disana terdapat sebuah kota Niaga dari kaum Koliya
yang disebut Kakkarapatta. Ada seorang perumah tangga Koliya mendekat pada
Buddha dan bertanya bahwa mereka telah hidup dengan kenikmatan dan kesenangan
duniawi, berdiam di rumah dan tempat tidur yang dipenuhi oleh anak-anak,
menikmati kayu cendana yang harum, mengenakan untaian bunga, wewangian dan
luluran, menerima emas dan perak.
Buddha
menjelaskan bahwa bagi perumah tangga terdapat empat kesejahteraan yang dapat
diperoleh dalam kehidupan saat ini dengan memenuhi beberapa tahapan, yaitu
Kesempurnaan usaha gigih, kesempurnaan perlindungan dan sahabat baik, kehidupan
yang seimbang.
Buddha
menjelaskan kesempurnaan dari usaha gigih adalah bagi perumah tangga dapat
hidup dengan baik seperti bertani, berdagang, beternak, seni memanah, pegawai
negeri. Mereka haruslah piawai dan tekun serta mampu menyelidiki cara-cara,
bertindak, dan mengatur segalanya dengan tepat. Hal ini dikatakan kesempurnaan
dalam usaha gigih.
Usaha
gigih yang salah apabila mereka berusaha dan berlomba-lomba untuk menjadi juara
Koruptor ternama. Menjadi caleg dengan usaha gigih menghumbar janji palsu pada
rakyat, agar dapat terpilih. Usaha dengan gigih mengumpulkan harta untuk judi,
penghumbaran seksualitas, narkoba, miras. Hal ini merupakan usaha gigih yang
akan mempercepat manusia untuk terjatuh pada kondisi penderitaan yang panjang.
Kesejahteraan
kini yang dijelaskan Buddha adalah kesempurnaan perlindungan, yaitu perumah
tangga, setelah berusaha susah payah, didukung usaha giat, dengan lengannya dan
keringat didahi ia mendapatkan hasil dari yang dikerjakan, mengumpulkan harta,
selayaknya melindungi hartanya dari pencuri, perampok, terbakar oleh api,
terhanyut oleh banjir. Inilah dikatakan sebagai kesempurnaan dari perlindungan.
Perlindungan
harta yang dimiliki juga harus dimengerti dengan bijaksana. Sehingga tidak
hilang dengan sia-sia. Berbeda dengan sikap kikir seseorang melindungi hartanya
dan tidak mau berbagi kepada para fakir miskin, menyokong kehidupan Sangha,
ikut berpartisipasi pembangunan vihara, sekolah buddhis. Akan tetapi
perlindungan harta yang salah digunakan untuk kepuasan dan berfoya-foya. Sifat ini telah keluar dari paham cara hidup
benar menuju cara hidup ektrim yang Buddha anjurkan untuk tidak dilakukan.
Karena akan membawa sumber dari ketidakpuasan yang berakar dari nafsu keinginan
dan kemelekatan.
Penjelasan
Buddha ketiga adalah persahabatan baik, baik berada dikota ataupun didesa,
bergaul dengan putra mereka dalam usia muda maupun tua. Memiliki kebajikan yang
tinggi dan teguh dalam keyakinan, disiplin kemoralan, dermawan, dan bijaksana.
Mereka dapat berbicara tentang keyakinan, disiplin kemoralan, dermawan, dan
bijaksana. Maka mereka disebut sahabat yang baik.
Sahabat
tidak baik banyak digemari oleh siapa saja, dikarenakan sahabat tidak baik
seperti preman, penjudi, pemabuk, pemakai narkoba. Mereka dijadikan sebagai
pelindung untuk menjaga mereka yang suka pada dunianya. Layaknya seperti ayam
yang disabung di laga perlombaan, dia akan terluka, dan mati seiring
berjalannya waktu. Sahabat tidak baik akan berlaga baik meskipun dia akan
menjelekan, menjatuhkan, mencelakakan anda dengan caranya. Mereka akan
membeberkan rahasia anda pada orang lain. Dia akan meninggalkan anda apabila
anda dalam keadaan susah. Dia akan selalu bersama anda apabila anda mampu
menghidupi dan berbagi uang bersama mereka. Mereka akan selalu menggiring anda
untuk meninggalkan agamamu! dan anda akan jauh dari suatu kebenaran sejati
(Dhamma).
Faktor
kesejahteraan yang keempat Buddha menyatakan adalah kesempurnaan kehidupan yang
seimbang. Mampu mengatur pemasukan dan pengeluaran dari harta yang dimiliki.
Sehingga antara pemasukan dan pengeluaran dapat berjalan seimbang. Atau dapat
melihat antara kebutuhan dan keinginan terhadap sesuatu yang hendak dicapai.
Tidak mengikuti sifat tamak dan serakah dalam menginginkan sesuatu.
Kekayaan
yang telah terkumpulkan akan membawakan empat hal penghamburan bagi mereka yang
batinnya tidak terbimbing oleh Dhamma, yaitu ketergilaan terhadap seksualitas,
berjudi, mabuk-mabukan, sahabat tidak baik.
Ketergilaan
terhadap seksualitas merupakan penyakit masyarakat yang dianggap sebagai
kebutuhan yang seharusnya terpenuhi. Dalam aspek psikologi memandang khusus
mereka yang masuk dalam fase remaja merupakan sesuatu rasa ingin tahu yang
besar. Apabila tidak diwaspadai maka tidak heran apabila diusia remaja banyak
yang tersandung kasus merried by accident,
berawal dari rasa ingin tahu dan mencobanya.
Bagi
mereka yang bodoh dan tidak dapat melihat dengan jelas tubuh ini, mereka akan
menggap tubuh ini indah dan menawan. Sesungguhnya isi di dalam tubuh ini adalah
kotoran yang keluar dari sembilan lubang: kotoran mata keluar dari cela mata,
kotoran telinga keluar dari cela telinga, ingus mengalir dari hidung, kadang
dimuntahkan dari mulut, empedu dan dahak dimuntahkan, peluh dan nanah keluar
dari tubuh. Dan yang terpenting tubuh ini adalah sarangnya penyakit.
Terhamburnya
harta juga dapat disebabkan oleh bermabuk-mabukan. Mabuk disebabkan oleh
minum-minuman keras yang dapat melemahkan kesadaran. Orang yang lemah
kesadarannya akan melanggar empat aspek moralitas. Pelanggaran yang dilakukan
karena orang yang lemah kesadarannya akan dengan mudah tersinggung dan
membunuh, dengan lemahnya kesadaran orang dapat melakukan pencurian karena
mereka membutuhkan uang untuk membeli minuman keras tersebut. Dengan lemahnya
kesadaran mereka akan dengan mudah melakukan perbuatan asusila karena nafsu
yang muncul akibat pikiran yang tidak terkendali. Dan dengan kesadaran yang
lemah kita dapat berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat berbohong, menfitnah,
berkata-kata kasar.
Judi
merupakan faktor terhamburnya harta yang terkumpulkan. Orang beranggapan judi
merupakan permainan atau hiburan biasa yang dianggap bisa mengobati stres.
Melainkan judi membuat stres bagi mereka yang kalah, kecanduan bagaikan narkoba
apabila menang. Mereka yang menang judi akan memasang taruhan bahkan menjadi bandar dengan harapan ingin
meraup keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini sebagai bentuk keserakahan dan
diikuti oleh kebodohan batin yang cukup
besar. Selain harta habis, keluarga juga bisa habis di pukul oleh mereka yang
kalah judi. Maka kasus kekerasan rumah tangga kerap terjadi yang dilatar
belakangi judi dan mabuk-mabukan.
Sahabat
tidak baik menjadikan diri kita juga untuk berbuat tidak baik. Anggapan orang
bahwa kita tidak boleh memilih-milih sahabat, siapa saja kita harus berteman.
Dan juga mereka beranggapan tergantung dari kita sendiri. Apabila anda merenung
sejenak dengan perumpamaan bahwa: ada bangkai apabila di bungkus dengan kain,
setelah bangkai itu kita buang, maka bau dari bangkai akan menempel di kain
itu. Sebaliknya apabila bunga yang harum kita bungkus dengan sehelai kain, maka
kain itu juga akan berbau harum. Hal ini menunjukkan bahwa berteman dengan
siapa saja akan terkena imbas dari kondisi itu. Sebagai contoh kita tidak
merokok, akan tetapi kita berteman dengan perokok. Pada saat mereka merokok
kita dekat dengannya, sama saja kita merokok, kita adalah prokok pasif. Justru
lebih berbahaya menjadi penghirup rokok ketimbang penghisap rokok.
Harta
yang terkumpulkan melalui empat kondisi dari kesempurnaan usaha gigih,
kesempurnaan perlindungan dan sahabat baik, serta kesempurnaan kehidupan
seimbang. Akan mendatangkan bencana pemborosan karena terhamburnya harta
tersebut. Seperti ketergilaan seksualitas, judi, mabuk dan sahabat tidak baik.
Hal ini terjadi bagi siswa yang batinnya tidak terbimbing dalam dhamma.
Sebaliknya kondisi yang terjadi dari harta yang terkumpulkan akan mendatangkan
keuntungan harta yang bertambah bagi mereka yang menghindari kondisi pemborosan
itu. Dan mereka adalah siswa yang terbimbing batinnya di dalam dhamma.
Buddha
juga menjelaskan ada kesejahteraan yang dapat diperoleh dalam masa mendatang,
hal ini tentunya ditunjang dengan potensi batin yang terlatih, potensi itu
adalah keyakinan, moralitas, kedermawanan, kebijaksanaan. Apabila dikembangkan
potensi itu akan menjadikan kekuatan untuk diri kita dan semua orang.
Keyakinan
terhadap ajaran Buddha dengan merenungkan sifat-sifat luhur Buddha sebagai Guru
para Dewa dan manusia, demikian juga pada Dhamma dan Sangha. Perenungan itu
dapat dibaca di dalam buku paritta suci berjudulkan Buddhanussati,
Dhammanussati, Sanghanussati. Dengan teguh pada keyakinan, maka seseorang tidak
akan tergoyahkan untuk pindah agama, lebih sabar dalam menghadapi rasa sakit,
tidak mudah galau apabila punya masalah. Sebagai umat Buddha selayaknya dapat
berfikir dewasa, bukan saja umurnya dewasa. Akan tetapi kualitas batinnya
haruslah dewasa, memiliki ketahanan mental dalam segala aspek kehidupan.
Moralitas
juga merupakan potensi kedua yang menjadikan sumber yang sangat besar.
Moralitas adalah penunjang kesejahteraan. Orang yang kaya raya belum tentu
memiliki moralitas. Pemerintah belum tentu jujur dan bebas korupsi. Orang
berintelektual tinggi belum tentu bermoral. Orang miskin belum tentu tidak
bermoral. Semua kaitannya dengan moralitas. Tanpa moral maka jelas setiap
individu manusia akan merosot kemoralannya. Dasar moralitas umat Buddha adalah
Pancasila Buddhis (5 latihan aturan etika dalam ajaran Buddha), yaitu: melatih
diri untuk tidak membunuh makhluk hidup/ tanpa kekerasan, tanpa penganiyayaan. Melatih
diri untuk tidak mengambil barang yang bukan milikinya tanpa ijin (mencuri),
atau memindahkan barang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Melatih diri untuk
tidak melakukan perbuatan asusila (seks bebas). Melatih diri untuk tidak
berkata dusta/ bohong/ ngerumpi ngomongin orang alias bergosip. Dan moralitas
yang terakhir adalah melatih diri untuk tidak bermabuk-mabukan, termasuk
narkoba.
Kedermawanan
merupakan sifat luhur dari ketulusan seseorang memberi dengan apa yang
dimiliki. Seperti orang yang kaya raya tidak pelit, dengan harta yang dimiliki
menyokong kebutuhan hidup Sangha. Membantu fasilias vihara, mensponsori setiap
kegiatan Perayaan Hari Raya Buddhis, seperti Waisak dan Kathina. Membuat Dana
anak asuh bagi mereka yang kurang mampu. Inilah mereka umat Buddha yang telah
sejahtera dalam kehidupannya dulu dan membuat kesejahteraan pada kehidupan saat
ini.
Kebijaksanaan
adalah tindakan seseorang didalam berpikir, berucap dan berprilaku dengan
positif. Mampu menerawang timbul dan lenyapnya fenomena, yang mulia, yang
menembus, serta hancurnya penderitaan secara menyeluruh. Dengan hal ini
kebijaksanaan akan diperoleh.
Marilah
kita bangun suatu kekuatan (power) didalam diri kita masing-masing. Kekuatan
merupakan potensi berupa Usaha, Tekad, dan Semangat. Serta ditunjang dengan
keyakinan, moralitas, kedermawanan, dan bijaksana. Dengan demikian kita akan
mendapatkan kunci kesuksesan dalam hidup. Sukses menjadi individu yang
sejahtera saat ini dan sejahtera di kehidupan mendatang. TERUS SEMANGAT.... PANTANG
MENYERAH DALAM LANGKAH MENUJU PERUBAHAN YANG JAUH LEBIH BERARTI DAN LEBIH BAIK!!!
J
Daftar Pustaka:
Bodhi. 2010. Tipitaka Tematik (In The Buddha’s Words). Ehipassiko Foundation.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar