oleh: Sᾱmanera Herman Vimalaseno
A. AWAL PENGARUH INDIA.
Berita-berita
pertama tentang Indonesia.
Bahan-bahan
sejarah selama 15 abad sejak awal Masehi mengenai Indonesia sangatlah terbatas.
Untuk memahami hal-hal yang terjadi pada waktu itu, maka kita perlu memakai
beberapa sumber-sumber sebagai berikut:
1. Berita
yang dibuat oleh para peziarah China, seperti Fa-Hien dan I-Tsing, mereka
beragama Buddha. disamping buku-buku sejarah yang dibuat oleh tiap-tiap
dinasti, berkenaan dengan yang terakhir ini, para sarjana mengalami kesulitan,
karena berkenaan dengan nama Indonesia yang ditulis dalam bahasa China dan
tidak disebut di mana letak satu Negeri atau Kerajaan yang disebut.
2. Bahan-bahan
yang terdapat di Indonesia adalah:
a. piagam-piagam
a. piagam-piagam
terdapat
pada logam atau batu, terdapat di mana-mana yang terpendam oleh tanah. Piagam
ditulis dalam daun lontar yang saat ini sudah sebagian besar hancur dan hilang. Isi dari
piagam adalah mengenai pemberian hadia dan penetapan perintah raja untuk daerah yang
dibebaskan pajak atau medapat tugas kewajiban. piagam yang banyak ditemukan berwujud
teratai yang dipahat dari batu dan diletakkan di dearah yang mana merupakan hadiah dari
kerajaan, serta diakhir piagam disebut nama dewa atau danyang, yang disucikan. misalnya
terdapat pada piagam di Muara Kaman (Kaltim).
ditulis dalam daun lontar yang saat ini sudah sebagian besar hancur dan hilang. Isi dari
piagam adalah mengenai pemberian hadia dan penetapan perintah raja untuk daerah yang
dibebaskan pajak atau medapat tugas kewajiban. piagam yang banyak ditemukan berwujud
teratai yang dipahat dari batu dan diletakkan di dearah yang mana merupakan hadiah dari
kerajaan, serta diakhir piagam disebut nama dewa atau danyang, yang disucikan. misalnya
terdapat pada piagam di Muara Kaman (Kaltim).
b. Uraian
pendek yang terdapat pada candi-candi yang memiliki isi yang tidak sama dengan
yang tertulis pada piagam-piagam.
c. Buku-buku
sastra yang sengaja ditulis sebagai sejarah, misalnya “Babad Tanah Jawi”,
“Cerita Parahyangan” dan “Sejarah Melayu”. Buku-buku Jawa Kuno yang sebagai
sejarah misalnya:
1. Nagarakertagama digubah oleh Prapanca, berbentuk syair, diperkirakan ditulis setahun setelah meninggalnya Maha Patih Gajah Mada (1364), kitab ini ditemukan di Puri Cakranegara (Lombok) oleh Belanda yang sedang perang (1894).
2. Pararaton, ditulis setelah Majapahit runtuh dan berisi uraian tentang raja-raja sebelum raja Majapahit.
1. Nagarakertagama digubah oleh Prapanca, berbentuk syair, diperkirakan ditulis setahun setelah meninggalnya Maha Patih Gajah Mada (1364), kitab ini ditemukan di Puri Cakranegara (Lombok) oleh Belanda yang sedang perang (1894).
2. Pararaton, ditulis setelah Majapahit runtuh dan berisi uraian tentang raja-raja sebelum raja Majapahit.
B.
KEDATANGAN
AGAMA BUDDHA DI INDONESIA
Masuknya
Agama Buddha pertama kali di Indonesia, belum jelas dan gelap, walaupun nama
pulau Jawa sebagai “Labadiu” telah dikenal oleh Ptolemi, seorang ahli ilmu bumi
di Iskandariah pada tahun 130 M. pada abad pertama masehi sudah dikenal
“Javadwipa” yang meliputi Jawa dan Sumatera sekarang. “Suvarnadwipa” adalah
nama untuk pulau Sumatra. Dapat disimpulkan bahwa sebelum abad kedua Masehi,
sudah terdapat hubungan antara India dan kepulauan Nusantara.
Kedatangan
Fa-Hien pada tahun 414 M ke pulau Jawa dalam perjalanannya pulang ke China,
setelah ia berkunjung ke India selama 6 tahun telah membuka tabir kegelapan
mengenai kehidupan beragama di pulau Jawa. Ia tinggal 5 bulan di pulau Jawa dan
dalam catatannya mengatakan bahwa banyak terdapat penganut agama brahmana yang
jauh berlainan dengan kehidupan di India, akan tetapi agama Buddha sedikit dan
tidak tertarik untuk dicatat.
Atas usaha Bhikkhu Gunawarman pada
tahun 423 M, agama Buddha berkembang di Jawa. Gunawarman adalah putera Raja
dari Khasmir (India), ia melepaskan kehidupan perumah tangga dan menjadi
Bhikkhu dan belajar ke Sri Lanka dan ke She-Po (Jawa), dan berhasil
mengembangkan agama Buddha di tanah Jawa.
Sedangkan di Sumatera keadaan agama
Buddha masih gelap pada awalnya. Setelah kedatangan I-Tsing pada tahun 671 M
dan 688-695 M mulai tersingkap. Ia datang ke Sribhoja, ibukota kerajaan
Sribhoja adalah di dekat Palembang. ia mengatakan bahwa raja-raja dan penguasa
adalah beragama Buddha dan di sana sebagai pusat terpenting di mana Dhamma
dipelajari oleh 1.000 Bhikkhu sama halnya yang dipelajari di India.
Ini merupakan petunjuk bahwa agama
Buddha telah masuk ke Indonesia jauh sebelum abad ke 8 M yang dikembangkan oleh
Dharmaduta-dharmaduta dari Mazhab
Sarvastivada, yang diduga dari India Utara (Khasmir), tetapi hal itu juga telah
menunjukkan agama Buddha Mahayana telah berkembang di Melayu, sewaktu I-Tsing
datang ke Sumatera.
Mahayana pertama kali masuk ke
Sumatera dan disusul ke Pulau Jawa dan Kamboja (Kmer). Sriwijaya adalah
penganut agama Buddha Mahayana dan beliau mengembangkan pada daerah yang mereka
kuasai. Pada tahun 759 M. Kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya hingga ke
Muangthai selatan yang sekarang disebut Suratani dan Pattani.
Catatan sejarah dari Tibet menyatakan
bahwa Sriwijaya pada abad ke II merupakan pusat kegiatan agama Buddha yang
terkemuka. Atissa yang sangat terkenal dan pembangunan kembali agama Buddha di
Tibet, dikatakan pernah datang dari India ke Sumatera dan menetap dari tahun
1011-1023 belajar dibawah bimbingan Bhikkhu Dharmakirti, beliau adalah Bhikkhu
yang terkemuka di Sumatera. Menurut Biograpi Atissa yang ditulis di Tibet
menyatakan bahwa Sumatera adalah sebagai pusat utama agama Buddha dan
Dharmakirti adalah sarjana yang terbesar di zaman itu.
Kedatangan para Dharmaduta ke
Indonesia adalah mendorong orang-orang untuk pergi ke India dan mengunjungi
tempat-tempat suci dan pusat-pusat pendidikan agama Buddha seperti Universitas
Nalanda di Bihar yang didirikan oleh Dinasti Gupta (320-606). orang –orang yang
datang dari Kerajaan Sriwijaya dan tinggal dan bermukim sehingga dibuatkan
vihara khusus , setelah mereka kembali ke Indonesia mereka mendirikan
candi-candi dengan bentuk dan ukiran yang bercorak Indonesia. Mengenai perguruan
agama Buddha di Nalanda berdasarkan berita-berita yang dibuat oleh Bhiksu
Huan-Tsang yang berkunjung ke India pada tahun 629-645, dikatakan pada abad ke
7 M Nalanda telah berkembang pesat dibawah bimbingan Silabadra, tidak saja
diberikan pelajaran agama Buddha selain diajarkan kita-kitab Weda, filsafat
Hindu, logika, tata bahasa dan pengobatan. Siswa yang belajar di sana mencapai
10.000 orang dan dibebaskan biaya, Nalanda hancur akibat serbuan bangsa Hun dan
masuknya agama Islam ke India.
C.
KERAJAAN-KERAJAAN
AGAMA BUDDHA.
1.
MATARAM
Piagam
tertua kira-kira tahun 732, ditemukan di desa Canggal, Keresidenan Kedu.
diterangkan dalam piagam itu bahwa di dekat desa Salam, sebelah Selatan
Muntilan, didirikan sebuah tempat suci yang berisi lingga. Tempat suci yang
berisi lingga (salah sebuah lambang Siwa) di dekat Salam itu dapat dianggap
sebagai tanda mendirikan suatu kerajaan yang disebut Mataram, karena Raja ini
(Sanjaya) di dalam piagam-piagam kemudian disebut “Rake Mataram”. Mataram
mula-mula nama daerah kecil yang diperintah oleh Raja Sanjaya yang kemudian
dijadikan nama kerajaan yang didirikan Sanjaya.
Pengganti
Sanjaya adalah Pancapana, Rake Penangkaran adalah gelar yang lebih terkenal.
Pancapana adalah penganut Buddha Mahayana, sedangkan Sanjaya adalah penganut
Brahmana. Pada tahun 778 Pancapana mendirikan candi Kalasan untuk memuji Dewi
Tara. lain-lain dari candi itu adalah candi Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan,
Sari.
Dinasti
raja-raja Mataram disebut Sailendra. Bukti bahwa mereka adalah dari keturunan
Sailendra terdapat dalam piagam yang berhubungan dengan candi Kalasan. harus
diperhatikan bahwa kira-kira pada waktu itulah agama Buddha Mahayana sudah
datang ke Indonesia dan seterusnya
berkembang berdampingan dengan agama Siwa yang telah datang lebih dulu. Pengganti
– pengganti Pancapana adalah banyak memuji dan memuja Buddha dan Siwa.
2.
SRIWIJAYA
Di
Sumatera terdapat sebuah kerajaan yang bernama Sriwijaya yang terletak dan
berpusat di Palembang-Jambi pada abad ke 5 M. Kemudian meluaskan jajahannya
sampai ke Bangka dan semanjung Malaya. Sebelum kerajaan Sriwijaya berkembang,
terlebih dahulu adanya kerajaan Melayu yang terletak di Jambi sekarang. Akan
tetapi kerajaan Sriwijaya lebih berkuasa, dan kerajaan Melayu pada saat itu
tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.
Apakah sebab-sebabnya dibagian Timur
Sumatera dapat berdidi kerajaan-kerajaan? sejak tahun Masehi Selat Malaka
menjadi lalu lintas perdagangan dari Barat hingga Timur, yaitu Arab dan India.
MASA KEEMASAN SRIWIJAYA
Pada
abad ke-7 dan abad ke-8 Sriwijaya mencapai masa keemasannya. Kekuasaannya
meliputi bagian barat Nusantara yaitu semenanjung Malaka, Melayu, daerah pantai barat Borneo
Barat. Sejak abad itupula Sriwijaya memiliki Duta di China yang berlangsung
hingga 1178.
Dalam
abad ke 7 itu, ketika kekuasaan Sriwijaya sedang dipuncaknya, Palembang tidak
hanya menjadi pusat politik, melainkan menjadi pusat agama Buddha. Catatan yang
dibuat I-Tsing ia berangkat dari Canton pada tahun 671, pergi ke Palembang dulu
dan tinggal selama 6 bulan untuk belajar tata bahasa, setelah itu ia pergi ke
Melayu dan tinggal selama 2 bulan. Setelah ia menuntut ilmu pelajaran di
Perguruan Tinggi di Nalanda selama 10 tahun, ia kembali ke Sriwijaya, terjadi
pada tahun 685. Setelah ia tinggal selama 4 tahun di Sriwijaya, ia kembali ke
Kanton dan menjemput empat orang pembantu untuk membantu dalam menerjemahkan
kitab-kitab agama Buddha di Palembang.
3.
MAJAPAHIT
Prof.
Dr. Slamet Mulyana dalam “Nagarakertagama dan Tafsir Sejarahnya” menyebutkan,
bahwa pada zaman Majapahit agama menjiwai segenap lapangan kehidupan, termasuk
kebudayaan. Semua cabang kebudayaan seperti seni bangunan, seni pahat, seni
sastra dan seni panggung bernafaskan keagamaan. Gajah Mada mengutamakan negara
dan kemakmuran rakyat daripada keagungan keagamaan.
D.
KEBANGKITAN
KEMBALI AGAMA BUDDHA DI INDONESIA PADA ABAD XX.
Setelah
runtuhnya kerajaan Majapahit, dan berkembanglah kerajaan Islam di pesisir
pantai dan terus menyebar dan agama Buddha tertidur sangat panjang hingga 5
abad. Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia hanya dikenal 3 agama, yaitu
Kristen Protestan, Katholik dan Islam. Sedangkan agama Buddha tidak
disebut-sebut, sehingga agama Buddha telah dikatakan sirna dari bumi Indonesia,
tetapi secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha
masih tetap terasa antara ada dan tiada.
Pada
zaman kolonial Belanda didirikan suatu perhimpunan Theosofi oleh orang-orang
Belanda terpelajar. dengan tujuan ingin mempelajari semua agama dengan demikian
akan tercipta kerukunan dan inti persaudaraan yang universal, dan agama Buddha
juga diperkenalakan pada mereka.
Di
Jakarta timbul suatu usaha untuk melestarikan ajaran Buddha, Konghucu, dan
Lautse yang kemudia melahirkan Organisasi Samkauw Hwee yang mempelajari ketiga
ajaran itu. pada tahun 1932 di Jakarta berdiri Internasional Buddhist Mission
bagian Jawa. pada tahun 1931 telah terbit Majalah Mustika Dharma oleh Kwee Tek
Hoay. Majalah ini sangat berjasa dalam membantu menyebarkan ajaran Buddha yang
ada di Indonesia.
Pada
tanggal 4 Maret 1934 Bhikkhu Narada menginjakan kakinya di Pelabuhan Tanjung
Priok. Bhikkhu Narada adalah Bhikkhu asing beraliran Theravada yang pertama kali
datang ke Indonesia setelah berselang 5 abad runtuhnya kerajaan Majapahit.
beliau mengunjungi Indonesia sebanyak 15 kali dan terakhir kali beliau datang
Mei 1983 dalam usianya 85 tahun. Jasa beliau sangat besar untuk perkembangan
agama Buddha di Indonesia
Dari banyaknya orang-orang yang
belajar agama Buddha dan Indonesia melahirkan putera-putera pertiwi yang
menjadi Bhikkhu yaitu The Po An dari Bogor ditabiskan menjadi Bhikkhu Theravada
di Birma dan beliau mendapatkan nama yaitu Ashin Jinarakkhita. Dan disusul pada
tanggal 21 Mei 1959 Ong Tiang Biauw dari Tangerang ditabiskan menjadi Bhikkhu di
Internasioanal Sima di Kassap dengan nama Bhikkhu Jinaputta, Samanera Jinapiya
dan di tabiskan kembali di Thailand yang kita kenal adalah Bhikkhu Thitaketuko.
Pada tanggal 15 November 1966 Samanera Jinagiri ditabiskan di Thailand dan
berubah nama menjadi Bhikkhu Girirakhito.
Agama Buddha juga melahirkan
organisasi-organisasi Buddhis dan juga berkembang Perguruan Tinggi Agama Buddha
serta adanya Dirjen Bimas Buddha, sehingga hal demikian agama Buddha telah
berjalan menuju perbaikan dari tidurnya yang sangat panjang 5 abad setelah
runtuhnya kerajaan Majapahit.
Refrensi:
Tim Penyusun. 2003. Sejarah Perkembangan Agama Buddha. CV. Dewi Kayana Abadi.
Jakarta.
Tim Penyusun. 2003. Kapita Selekta Agama Buddha. CV. Dewi Kayana Abadi. Jakarta.