Senin, 14 Oktober 2013

PENGANTAR BAHASA PALI



      Disusun oleh : Kuncoro, B A (B. Dh)
            I.            Pendahuluan
Dua orang bhikkhu dari suku brahmana mengajukan pendapat untuk mengubah kata-kata dari Buddha ke dalam Chandasa, tetapi Buddha sendiri tidak menyetujuinya. Buddha berkata bahwa para bhikkhu diperbolehkan untuk belajar ajaranya ke dalam Sakanirutti.
        II.          Menurut Catatan Dari Culavagga
Dua bhikkhu dari suku brahmana yang bernama Yamelu dan Tekula memiliki kata-kata yang manis, mereka mendekati Buddha dan berkata bahwa ada banyak para bhikkhu dari berbagai suku dan kasta memasuki perkumpulan para bhikkhu (Sangha). Mereka mengotori kata-kata dari Buddhavacana ke dalam Sakaniruttiya mereka. Jadi kedua bhikkhu dari suku brahmana mengajukan untuk mengubah kata-kata dari Buddha ke dalam Chandasa.
III.        Instruksi Dari Buddha
Setelah mendengar penolakan dari Buddha tentang permintaan mereka, Buddha menjelaskan bahwa untuk menterjemahkan kata-kata dari Buddha ke dalam Chandasa tidaklah kondusif untuk manfaat bagi orang banyak. Kemudian Buddha mengumpulkan para bhikkhu dan beliau memberikan instruksi yang menjadi salah satu peraturan vinaya. “O Bhikkhu, kata-kata dari Buddha tidak seharusnya diterjemahkan ke dalam Chandasa. Jika seseorang melakukan hal tersebut akan ada pelanggaran dari tindakan salah (Dukkata). O Bhikkhu saya memperbolehkan kamu untuk mempelajari ajaran Buddha ke dalam bahasa dialekmu sendiri (Sakaniruttiya).
IV.        Bagaimana Sumber Pali Diturunkan Dari Istilah Chandasa
Berdasarkan Samanthapasadika bhikkhu Boddhaghosa menginterpretasikan istilah Chandasa dengan “Vedaÿviya sakkata bhasaya vacana maggaÿ” di sini Chandasa berarti bentuk pengulangan dari bahasa Sansekerta sebagai Veda.
Menurut kitab komentar Sutta Nipata “Savitti Chandada mukham” mengacu bahwa yang harus dipelajari dulu oleh mereka yang mempelajari veda. Jadi Chandasa mengacu pada bahasa veda dan ini adalah suatu keharusan bagi mereka yang belajar lebih lanjut dari bahasa ini.

V.          Pentingnya Instruksi Dari Buddha
Dari peninjauan kedua bhikkhu dari suku brahmana, kelihatan bahwa mereka sangat bangga dengan kebudayaanya dan mereka tidak memiliki rasa hormat dari bahasa dialek. Dari pendapat para sarjana bahwa Chandasa adalah bahasa Veda yang dibanggakan oleh kaum brahmana.
Istilah Sakaniruttiya muncul dua kali dalam syair Culavagga: pertama dalam percakapan antara dua bhikkhu dari suku brahmana yang tidak setuju mengenai berbagai suku dan kasta yang mengotori Buddhavacana ke dalam Sakaniruttiya; yang kedua,di dalam instruksi Buddha memperbolehkan mereka untuk mempelajari Buddhavacana ke dalam Sakaniruttiya.
VI.        Bagaimana Kitab Komentar Dan Para Sarjana Mendefinisikan Istilah Sakanirittuya
Kitab Komentar mengatakan “Sakaniruttiya” berarti bahasa dari Magadha sebagai yang diucapkan oleh Buddha. Sementara ini para sarjana Buddhist modern menginterpretasikan bahwa “Sakaniruniya” merujuk pada dialek dari mereka yang belajar Agama Buddha. Dari sudut pandang Tata Bahasa merujuk pada dialek mereka yang belajar ucapan dari Buddha.
VII.      Arana Vibhanga Sutta
Di dalam Sutta ini menyebutkan dan menekankan bahwa Buddha menjelaskan secara detail sebuah bowl yang bisa disebut dengan berbagai nama dan dialek, contohnya: Patta, Pati, Pona, atau bahwa Pisila.
VIII.    Asal Dari Pali
     Ada beberapa pandangan yang berbeda dari asal muasal Pali. Beberapa sarjana dari Eropa Tengah berpendapat bahwa Pali berasal dari dialek India termasuk di kerajaan kosala, Magadha, Kosambi, Avatti, Kalinga, Vindiya, Taxila, dan Pataliputra. Dari pandangan tradisi mengatakan bahwa Pali adalah Magadhi (Magadhinirutti, Magadhikabhasa). Seorang komentator besar dari Theravada yaitu Bhikkhu Buddhaghosa Thera mengatakan bahwa Pali Adalah bahasa Yang diucapkan oleh Buddha. Dia mengatakan “Sabuddha Mulabhasa Desente Dhammam Muttanam Jananti Satta Sabbepi Sakabhasam’va attano” artinya Buddha mengajarkan Dhamma yang mulia, beliau menggunakan bahas asli dan semua mahkluk mengetahui dan mengerti seperti halnya bahasa mereka sendiri, maka dari itu Buddhaghosa Thera mengatakan bahwa Pali bukanlah Bahasa lain tetapi Magadhi.
     Wapola Rahula, mempertahankan bahwa Pali adalah suatu reformasi aktif yang dasarnya dari bahasa Magadhi.
     Rahula menganalisa bahasa Pali dan menemukan bahasa Pali mengandung beberapa bentuk dialek. Dia juga memiliki pendapat yang sama dengan Windisch bahwa Pali telah dimodifikasi dengan Magadhi.
     W. Geiger mengembangkan bahasa Pali sebagai bentuk dari bahasa Magadhi. Dari kenyataan sejarah tiga konsili diadakan di Kerajaan Magadha yaitu di Kota Rajagaha, Vesali, dan Pataliputra.
    IX. Perkembangan Bahasa Pali.
     Bahasa Pali bukanlah suatu bahasa asli, tetapi merupakan gabungan dari beberapa dialek. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Pali merupakan bahasa percakapan, bahasa terus menerus melalui perkembangan selama beberapa abad.
     Buddha dengan rasa demokrasinya untuk mempelajari ajaran Buddha dari mereka yang berbeda suku, ras, memperbolehkan mereka untuk belajar sesuai dengan dialek mereka. Lebih lanjut lagi, kitab Kanon di tulis dalam bentuk yang bukan bahasa Ceylon, yang bahasanya berbeda dengan bahasa Pali.
X.          Kesimpulan
    Sudah sangatlah jelas bahwa Yang Terberkahi tidak menginginkan ajaranya diajarkan dalam bahasa kaum minoritas. Demikinlah, beliau memberikan suatu wejangan untuk memberikan larangan kepada para siswanya untuk menterjemahkan ajaranya ke dadalam bahasa Veda. Untuk manfaat bagi para pengikutnya yang yakin kepada Buddha dan ajarannya, Buddha mempersilahkan untuk mempelajarinya menurut bahasa yang mereka dapat mengerti. Bahasa inilah yang sekarang disebut bahasa Pali.


  



1 komentar: