Kamis, 07 Agustus 2014

SEBALOK ES KEHIDUPAN



Oleh: Sāmaṇera Vimalaseno

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa 3x

Tumhehi kiccaṁ ātappaṁ, Akkhātāro Tathāgatā

Paṭipannā pamokkhanti, Jhāyino Mārabandhanā.

“Para Buddha hanya mengajarkan Sang Jalan, namun engkau sendirilah yang harus berusaha.

Seseorang yang melangkah di atas Jalan Kebebasan akan terbebas dari belenggu Mara.”

(Dhammapada; Magga Vagga;20:4).
           
        Pada dasarnya manusia hidup hanya melewati masa-masa pertumbuhan baik dari lahir, meranjak usia anak-anak, remaja, dewasa, dan memasuki usia tua. Perubahan masa, membuat manusia melewati semua aktifitasnya dengan pelbagai problematika. Problematika yang terjadi di diri setiap individu merupakan sebagai akibat dari sebab yang dikondisikan sebelumnya. Kondisi sebab yang dibuat adalah berupa bentuk kesenangan – kesenangan inderawi, seperti bermain judi sebagai sebab dan sebagai akibat adalah menang, kalah, atau berurusan dengan pihak berwajib. Terkait permasalahan itu tidak sedikit seseorang yang menggantungkan kehidupannya dengan sejuta masalah, manusia terus mencari di mana kebahagiaan, akan tetapi kebahagiaan tidak akan pernah ditemui diluar sana, kecuali di dalam dirinya sendiri.
            Kebanyakan manusia salah mengartikan kebahagiaan yang di dapat dalam kehidupan duniawi adalah kebahagiaan yang hakiki. Terkadang kita pernah mendengar istilah “mumpung masih hidup puas-puasin aja, karena besok belum tentu bisa seperti ini!” Konsep semacam ini justru membuat seseorang menghumbarkan nafsu keinginannya atau kecenderungannya ke arah yang negatif. Kecenderungan negatif yang dapat dilihat seseorang yang kaya raya dengan memiliki harta justru menyimpan hartanya (kikir) dan sangat melekat dengan yang di dapat. Selain itu anggapan dimasyarakat kelahiran sebagai berkah, dan kematian sebagai hal yang ditakutkan. Usia tua juga menjadi problem dalam kehidupan manusia, mereka tidak terima apabila rambutnya memutih, giginya ompong, kulitnya keriput. Bila perlu orang tersebut setiap saat untuk melakukan perawatan kulit yang berlebihan dan operasi kecantikan. Contoh lainnya lagi adalah seseorang yang biasanya hidup dari judi, mencopet, merampok, atau dari kehidupan portitusi, apabila usaha yang dilakukan telah membawa kebahagiaan, kepuasan, maka dikatakan itu sebagai kebahagiaan bagi pandangan umum.
            Kehidupan ini jika dilihat sama halnya seperti seseorang meletakkan satu balok es yang besar di tempat terbuka di bawah teriknya matahari, akan terlihat es tersebut musnah. Sama halnya dengan umur manusia sedikit demi sedikit berkurang. Begitupula dengan es itu sedikit demi sedikit, setelah beberapa menit, jam, es tersebut akan mencair semuanya menjadi air. Inilah yang disebut kematian dan kemorosatan. Terkait dengan masalah perubahan dalam hidup Buddha menjelaskan dalam AN. III, 35 bahwa adanya tiga utusan agung, yaitu adanya usia tua, sakit, mati, setiap manusia yang lalai tidak mengendalikan pikiran, ucapan, dan tindakan dengan baik, maka ia akan jatuh atau merosot dalam alam yang tidak bahagia.
            Kebahagiaan seseorang tidak ditentukan dari kedudukan, dan harta, melainkan dari moralitas yang dilatih dengan keras diperjuangkan, selain itu Samadhi yang telah dilatih sepanjang hari juga menjadi pendukung kemajuan batin. Buddha menjelaskan dalam AN. I: 19, bahwa setelah manusia meninggal dunia akan banyak terlahir di alam menderita, dan sedikit kembali ke alam manusia. Hal yang menyebabkan mereka terlahir di alam menderita adalah karena ketidaktahuan (avijja). Faktor seseorang dapat terlahir di alam tidak bahagia selain dari faktor ketidaktahuan, faktor lain adalah mereka tidak disiplin dalam melatih diri, banyak melakukan pemuasan nafsu kecenderungan ke hal yang tidak baik (tanha), tidak berusaha dengan benar, tidak melatih Samadhi, serakah, menyia-nyiakan makanan. Apabila manusia mengetahui dan memperoleh Dhamma, maka mereka juga akan memperoleh citarasa tujuan, citarasa Dhamma, citarasa pembebasan. Demikian harus dilatih.
            Ketidaktahuan dan tidak melatih hidup dalam Dhamma akan membawa seseorang pada kemerosotan untuk selalu berputar dalam samsara kehidupan hingga cengkraman tiga utusan agung yang Buddha jelaskan dalam Sutta Pāli selalu mengikuti, dan hal itu sudah ada sejak dulu dunia terbentuk, kita dilahirkan, kemerosotan ini tidak dibuang kemanapun juga. Pada saat seseorang dilahirkan ia telah membawa penyakit, usia tua, dan kematian. Tubuh yang kita miliki akan mengalami kemerosotan pada masanya, rambut dikepala akan merosot disetiap bagiannya. Selain itu rambut di tubuh akan merosot, kuku tangan, kaki, dan semua yang ada ditubuh akan mengalami kemerosotan. Kemerosotan akan menghantam jasmani ini dan inilah sifat alaminya. Terkait masalah tersebut Buddha menjelaskan bahwasanya manusia selayaknya selalu menempatkan kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh, seperti dijelaskan pada AN, I, 21, yaitu jika seseorang melatih dan mengembangkan kewaspadaan maka ada samvega (kemendesakan) yang kuat untuk menuju pada keselamatan, bebas dari keterikatan, menuju pada kewaspadaan dan pemahaman yang jernih, pada pencapaian visi dan pengetahuan, pada kediaman yang menyenangkan langsung di dalam kehidupan ini juga dan merealisasi buah pengetahuan dan pembebasan. Selain itu, tubuh akan menjadi tenang, pikiran akan menjadi tenang, kebodohan batin dapat dilenyapkan, seseorang yang tidak mengalami kematian, mereka telah mengambil bagian dalam kewaspadaan, dan sebaliknya mereka yang tidak mengambil bagian dalam kewaspadaan, maka mereka akan mengalami kematian.
Seseorang yang melekat pada jasmani akan merasakan kepedihan yang mendalam, pada saat tubuh ini rapuh dan hancur. Terkait hal ini Buddha menjelaskan pada Piyajatikasutta-MN, bahwa pada sewaktu dahulu ada seorang ayah yang meratap kematian putranya dan selalu menagis di kuburan anak tunggalnya, ayah itu seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup. Pada sewaktu ketika bertemu Buddha dan menanyakan hal mengenai kepedihan hatinya melihat putra tunggalnya dan yang disayangi meninggal, apakah sebab kepedihan itu? Buddha menjelaskan Orang-orang yang kita cintai, mereka yang terkasih (membawa) kesedihan dan ratapan, sakit, duka cita dan kekecewaan.
Kehidupan bahagia akan dapat diperoleh bagi siapa saja, asalkan kewaspadaan dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Ketidaktahuan dan kemelekatan terhadap jasmani akan membawa seseorang berputar dalam samsara kehidupan dalam jangka waktu yang panjang. Selayaknya umat Buddha setelah mengetahui isi dari Dhammacakkapavatthana Sutta, seperti yang Buddha jelaskan, bahwa dua jalan ekstrim seperti hidup berfoya-foya dan menyiksa diri harus dihindari. Selain itu Buddha juga menjelaskan bahwa empat kesunyataan mulia perlu dipahami dengan baik. Terkait isi empat kesunyataan mulia itu yaitu adanya dukkha (ketidakpuasan, ratap tangis, putus asa), hal ini disebabkan adanya tanha (kecenderungan hal-hal buruk). Terhentinya dukkha apabila tanha dapat dimusnahkan dengan jalan mulia berfaktor delapan yang dirangkum menjadi sῑla, Samadhi, dan pañña.
Kebahagiaan dapat diraih oleh umat Buddha apabila mereka yang selalu memiliki kemauan untuk belajar, dan mempratikkan Dhamma dengan kesungguhan hati. Kesungguhan hati dalam berlatih, maka penembusan Dhamma dapat diraih berupa pengetahuan, pengalaman diri, dan kebahagiaan sejati. Terkait permasalahan hidup Buddha menjelaskan dalam Mahaparinibbāna Sutta-DN, bahwa : “Vayo dhamma saṅkhārā apamadena sampadetha”.  Segala sesuatu yang terjadi dari paduan unsur ada umurnya, karena itu sungguh-sungguhlah berjuang dengan sadar . Perjuangan akan menghasilkan nibbāna.

Refrensi:
Bodhi, Nyanaponika. 2003. Petikan Aṅguttara Nikāya. Vihāra Bodhivaṁsa,
Klaten: Wisma Dhammaguṇa.
Bodhi, Nyanaponika. 2003. Majjhima Nikāya. Vihāra Bodhivaṁsa,
Klaten: Wisma Dhammaguṇa.
Bodhi, Nyanaponika. 2010. Tipiṭaka Tematika. Tanpa kota: Ehipassiko Foundation.
Kaharuddin. 2005. Abhidhammatthasaṅgaha. Vihara Padumuttara: Tangerang
Tim Giri Mangala Publication 2009. Kotbah-kotbah Panjang Sang Buddha Dῑgha
Nikāya. Tanpa kota: Dhammacitta Press.

Vijāno. 2013. Dhammapada. Tanpa kota: Bahussuta Society.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar